TRIBUNNEWS.COM - Di antara para debutan, Islandia ditempatkan sebagai salah satu tim yang paling tidak diunggulkan di Piala Eropa 2016. Sebelum kickoff Piala Eropa 2016, mereka ditempatkan pada koefisien 125/1.
Mereka tidak punya liga sepak bola profesional. Pelatih timnasnya punya pekerjaan lain sebagai dokter gigi, dan lapangan sepak bolanya tertutup es selama delapan bulan dalam setahun. Jika dihargai dengan uang, total nilai skuat Islandia di Piala Eropa 2016 tak sampai menebus sepertiga harga Harry Kane.
Namun, status underdog membuat Islandia bermain lepas tanpa beban. Negara terkecil yang pernah masuk putaran final Piala Eropa itu sukses lolos ke babak 16 besar.
Islandia akan menghadapi Inggris, yang kompetisi sepak bolanya, Premier League, banyak diidolakan oleh pemain Timnas Islandia.
"Ini seperti kisah dongeng. Seluruh orang Islandia menyaksikan Premier League dan mereka mengikuti sepak bola Inggris. Bermain di sana sesuatu yang saya mimpikan dan merupakan sesuatu yang pemain lain inginkan sepanjang hidup kami," ucap bek Islandia Aron Gunnarsson, fans berat Manchester United dan Wayne Rooney.
Jumat (24/6) pekan lalu, Konsulat Islandia di Paris mengirim paket khusus untuk timnasnya, berisi kertas suara yang digunakan untuk memilih presiden baru, untuk menggantikan Olafur Ragnar Grimsson yang sudah menjabat selama 20 tahun.
Grimsson memutuskan tak mencalonkan lagi. Ia menjabat presiden sejak 1996, dan menjadi presiden dengan masa jabatan terpanjang di Islandia, setelah lima kali terpilih.
Pemilihan umum tak menjadi berita utama media-media Islandia. Semua media memberitakan bagaimana tim berjuluk Strakarnir Okkar itu bakal bertarung dengan The Three Lions.
Sebanyak 10 persen populasi Islandia atau kurang lebih 30 ribu orang, saat ini berada di Prancis untuk mendukung timnas mereka.
Saat Islandia bertanding dengan Austria di laga terakhir babak penyisihan grup, toko-toko tutup mulai jam 4 sore waktu setempat, begitu pun dengan pusat-pusat kegiatan publik.
Saat laga melawan Inggris, jalan-jalan di Reykjavík dan banyak kota utama Islandia dipastikan akan sepi dari beragam aktivitas. Penduduk Islandia yang cuma sekitar 330 ribu orang, akan terpaku di depan layar kaca, menyaksikan pertandingan terbesar yang pernah dijalani timnasnya.