TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Surat Menpora Imam Nahrawi, berupa saran tapi berkonotasi instruksi, yang meminta Kongres PSSI 17 Oktober 2016 dipindahkan dari Makassar ke Yogyakarta beredar di media sosial.
Bisa saja surat itu palsu, tetapi kalau benar sangat disayangkan. Sebab itu sebuah blunder karena mengandung intervensi pemerintah, sesuatu yang ditabukan oleh FIFA.
“Jika surat itu benar ada, sebuah malapetaka, bukan saja berarti Pemerintah mengintervensi, tapi itu bisa memancing kisruhnya kembali sepakbola nasional. Saya kira Menpora memperoleh informasi yang keliru sehingga mengeluarkan surat seperti itu. Dan sangat disayangkan bila masukan itu datang dari orang orang bola yang notabenenya harus menjaga marwah sepakbola nasional,” ungkap Reva Deddy Utama, salah seorang Exco PSSI 2014-2019, Selasa (13/9) di Jakarta.
Sekelompok anggota PSSI dengan alasan yang tidak jelas memang tidak menyetujui tempat Kongres Pemilihan Exco PSSI 2016-2021 dilaksanakan di Makassar, padahal penetapan Makassar sudah sesuai Statuta PSSI, yakni diusulkan di Kongres Luar Biasa (KLB) di Hotel Mercure, Ancol, 4 Agustus 2016 lalu, kemudian ditetapkan oleh Exco PSSI. FIFA pun sudah dikabarkan dan menyetujui.
“Saya tidak habis pikir mengapa ada saja pihak pihak yang membuat suasana kisruh. Alasan keberatannya tidak masuk akal. Ini karena ada pikiran negatif, kalau kongres di Makassar maka akan menguntungkan pihak tertentu. Di mana pun Kongres itu berlangsung, mau di bulan kek, yang penting sesuai statuta dan demokratis, “papar Reva Deddy.
Reva Deddy justru khawatir ada pihak yang sudah terlanjur menjanjikan angin surga ke calon tertentu, bakal menang, misalnya, tapi begitu melihat perkembangan dan peta kekuatan di lapangan, kondisinya jadi lain, sehingga tempat kongres dipermasalahkan.
“Jika demikian, untuk apa dilakukan Kongres, bila dibelakangnya sudah punya wasangka yang negatif,” tutur Reva Deddy.
Makassar sendiri, baik Asprov PSSI-nya dan klub klub sepakbola anggota PSSI yang ada di daerah itu, serta para pejabat setempat menyambut baik dan siap bila kotanya menjadi tempat penyelenggara.
Bagi mereka Kongres PSSI di Makassar sebuah penghargaan bagi daerahnya, yang tak pernah putus melahirkan bintang bintang lapangan hijau, yang mengharumkan nama bangsa. Secara historis dan kemampuan Makassar memang layak jadi tempat Kongres PSSI.
“Makassar atau Yogyakarta tidak ada bedanya. Tidak perlu dipindahkan. Makasar juga kental sejarahnya sepakbolanya. Justru dengan ada niat untuk memindahkannya ke Yogyakarta, seperti menempatkan bahwa Makassar tidak layak, itukan menyinggung masayarakat Makassar, itu tidak perlu dan tidak patut,” tandas Reva Deddy.
Mantan pemain klub Jayakarta dan Timnas Indonesia awal 1980-an ini mengharapkan Kongres Pemilihan PSSI tahun 2016 ini tetap digelar di Makassar.
Ia juga berharap semua yang terlibat di persepakbolaan tanah air menyadari bahwa persepakbolaan nasional bisa berkembang dan berprestasi, bila semua stakeholders mengkedepan kan synergy, unity, integrity dan tata kelola sepakbola secara profesional.
“Bangkitlah sepakbola nasional,” tandas Reva Deddy Utama.