TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Ketua Asprov PSSI Sulawesi Utara, Jackson Kumaat mengharapkan Pangkostrad, Edy Rahmayadi mundur dari TNI jika ingin maju sebagai ketua umum PSSI.
"Figur ketua umum PSSI harus merdeka dari jabatan institusi negara atau partai politik," kata Jackson.
Selain tak setuju Ketum PSSI masih terikat dengan institusi negara, ia juga tak sepakat jika PSSI dipimpin politikus.
“Sosok ketum jangan dari parpol. Karena kalau disangkut-sangkutkan dengan politik, sepak bola bakal rusak,” imbuhnya.
Jackson terang-terangan mendukung sosok yang memiliki ketegasan dan kedisiplinan tinggi.
Di sisi lain, Ia juga tak ingin kongres nanti hanya memilih ketua umum. Dia berharap agenda itu menjadi momentum reorganisasi bagi semua organisasi di bawah PSSI.
Menurutnya, PSSI era baru harus bisa membawa Indonesia berprestasi di kancah internasional.
“Ketum baru harus punya komitmen membesarkan sepak bola. Sebagai tuan rumah, punya target di Asian Games, minimal membawa Indonesia ke semifinal. Bahkan harus berani berjanji Indonesia masuk final,” tandasnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga meminta sepak bola Indonesia benar-benar masuk era industri. Sebab, Indonesia memang memiliki potensi besar untuk mewujudkannya.
“Industri pemain sepak bola betul-betul diwujudkan,” ujarnya.
Di sisi lain, dari semua calon Ketum PSSI, Moeldoko yang paling bersemangat menjadikan sepak bola Indonesia kembali digdaya.
Saat pendaftaran di Gedung Papabri pada 5 Septmber lalu, Moeldoko sudah melontarkan ambisinya untuk sepak bola Indonesia.
“Sepak bola sudah sangat-sangat lama dan berkepanjangan mengalami masa-masa sulit. Saatnya sepak bola kembali ke kedigdayaan sepak bola itu sendiri. Sepak bola di jalurnya, sepak bola berjuang menuju prestasi,” ujar Moeldoko.
Moeldoko juga sempat mengatakan bahwa sepak bola Indonesia harus kembali meraih prestasi di level internasional. Seperti diketahui, terakhir kali Indonesia meraih gelar bergengsi adalah SEA Games 1991.
“Kedigdayaan sepak bola harus hidup lagi agar sepak bola prestasi kembali muncul di dunia sepak bola kita. Sepak bola kita sudah lama sangat melelahkan,” kata lulusan terbaik penerima Adhi Makayasa 1981 ketika itu.