TRIBUNNEWS.COM - Pada bursa transfer musim panas lalu, Paul Pogba menjadi komoditas terpanas. Kepulangannya dari Juventus ke Manchester United dengan nilai transfer 105 juta euro, plus lima juta euro lainnya terkait bonus, menjadikan pemuda 23 tahun itu sebagai pemain termahal di dunia.
Dengan nilai transfer sebesar itu, Pogba diharapkan memberikan kontribusi besar untuk MU yang sedang berusaha kembali ke jalur juara. Namun sayangnya sejauh ini Pogba belum menjawab ekspektasi tersebut. Jangankan membawa MU berkuasa di puncak klasemen Premier League, performanya secara pribadi bahkan jauh dari kata memuaskan.
Musim ini Pogba baru mencetak satu gol dan belum mencatatkan assist dari delapan penampilan di Premier League dan Europa League. Bandingkan dengan performanya musim lalu, di mana ia membuat 10 gol dan 16 assist dalam 49 penampilan di seluruh ajang bersama Juventus.
Terkait hal ini, Pogba mendapatkan pembelaan dari pelatihnya di tim nasional Prancis, Didier Deschamps. Deschamps menyebut seringkali ada beban yang terlalu besar disematkan ke pemainnya itu, sementara fakta bahwa Pogba baru berganti klub dan butuh penyesuaian diri dilupakan.
”Ekspektasi terhadap Paul selalu tinggi. Tak cukup bagi dia hanya melakukan hal-hal biasa. Yang dia butuhkan hanya waktu untuk menyesuaikan diri dengan tim dan rekan baru. Dia tahu apa yang diinginkan orang-orang, dan apa yang diinginkannya juga,” ujar Deschamps seperti dikutip L'Equipe.
Pembelaaan terhadap Pogba juga datang dari kompatriotnya, Laurent Koscielny. Menurut bek Arsenal itu, Pogba hanya butuh waktu menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya sebagai pemain MU. ”Kita harus membiarkannya dalam damai sehingga ia bisa berkembang,” kata Koscielny.
Pogba saat ini tengah bersama timnas Prancis menyambut dua laga Kualifikasi Piala Dunia 2018, melawan Bulgaria, Sabtu (8/10) dinihari, dan menghadapi Belanda, tiga hari kemudian. Di dua pertandingan ini, Deschamps masih tak melibatkan Karim Benzema di skuat asuhannya. Striker Real Madrid itu disingkirkan dari daftar pemain Prancis yang berlaga di Piala Eropa 2016 lalu lantaran terlibat kasus pemerasan terhadap rekan satu timnya di ”Les Bleus”, Mathieu Valbuena.
Selain Benzema, Deschamps juga mencoret Olivier Giroud. Penyerang Arsenal itu tak diajak karena masih menjalani pemulihan cedera jempol yang dideritanya saat memperkuat ”The Gunners” melawan Paris St. Germain beberapa waktu lalu.
Tanpa kehadiran dua penyerang itu, otomatis Pogba akan menjadi pemain yang paling diandalkan di kubu ”Les Bleus”. Bersama N'Golo Kanté, ia akan bertugas menjaga keseimbangan lini tengah Prancis.
Prancis sendiri saat ini tengah mencoba merebut kemenangan pertama di kualifikasi Piala Dunia 2018, setelah di pertandingan pertama bulan lalu mereka ditahan imbang Belarusia. Di laga tersebut, Prancis kesulitan membongkar pertahanan rapat Belarusia, yang membuat mereka akhirnya harus puas dengan hasil akhir 0-0. Sementara Bulgaria justru berhasil mengalahkan Luksemburg dengan skor 4-3 yang membuat mereka kini bercokol di puncak klasemen grup A.
Di atas kertas Prancis lebih unggul dibanding tim tamu. Apalagi tim ”Ayam Jantan” adalah finalis Piala Eropa 2016. Namun dengan keunggulan tersebut bukan berarti Prancis bisa meremehkan lawan. Sebaliknya Prancis harus lebih waspada.
Deschamps sendiri pernah punya pengalaman buruk melawan tim negara Balkan tersebut. Saat masih aktif sebagai pemain, Deschamps pernah gagal membawa Prancis lolos ke Piala Dunia 1994 karena kalah di babak playoff melawan Bulgaria. Saat itu sebuah gol dari Emil Kostadinov memberi Bulgaria kemenangan dramatis atas Prancis di Paris.
”Kejadian 20 tahun lalu masih melekat di pikiran saya. Saya tidak ingin mengalami itu lagi,” kata Deschamps. ”Bulgaria adalah tim yang terorganisir, bagus secara fisik dan agresif. Saya menyaksikan banyak pertandingan mereka selama 12 bulan terakhir. Mereka punya pemain hebat seperti Dimitar Rangelov dan Syestoslav Dyakov,” imbuhnya.
Di bawah asuhan pelatih baru Petar Hubchev, Bulgaria diyakini akan bermain lebih bertahan. Bulgaria bisa saja meniru taktik ”parkir bus” seperti yang dilakukan Belarusia, dengan menumpuk seluruh pemain di daerah bertahan, dan sewaktu-waktu melakukan serangan balik cepat melalui duet Rangelov dan Dyakov.
Menurut gelandang Martin Raynov, meski timnya kini ditangani pelatih baru, namun ia yakin di tangan Hubchev Bulgaria akan tampil mengejutkan. ”Perancis adalah rival yang sangat kuat. Tapi saya yakin pelatih akan membuat analisis yang baik tentang bagaimana kami harus bermain. Kami akan mencoba mengejutkan lawan dan untuk membuat senang fans Bulgaria," kata gelandang klub Lokomotiv Plovdiv itu.