TRIBUNNEWS.COM - Legenda sepak bola Belanda, Johan Cruyff telah memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan kepelatihan sepak bola.
Tidak hanya pada masa dia aktif jadi pemain dan jadi pelatih, tapi pengaruh itu tetap ada pada generasi-generasi selanjutnya. Pep Guardiola, pelatih Manchester City menyebut Cruyff sosok paling berpengaruh dalam sepak bola. Ia mengaku jadi pelatih klub-klub besar juga karena terinspirasi Cruyff.
"Saya kini menjadi manajer di Manchester City, dulu di Bayern Munich dan Barcelona karena Saya pernah bertemu dengannya," kata Pep Guardiola dilansir Dailymail.
"Saya berpikir saya sudah memahani tentang sepak bola," kata Guardiola. "Tapi ketika saya bertemu dia dan mulai bekerja sama dengan dia, rasanya seperti ada dunia yang baru, muncul di depan saya. Pelatih lain pernah mengatakan banyak hal, tapi apa yang dia katakan benar-benar berbeda. Dia membantu kita memahami permainan. Untuk memahami mengapa."
Dia menambahkan: "Saya merasa menjadi seorang yang beruntung dalam karier saya, saya duduk di sini sebagai pelatih Manchester City, sebelumnya Bayern Munich dan Barcelona, itu karena saya pernah bertemu dengannya. Jika tidak, itu semua tidak mungkin terjadi. Itu seperti saya pergi ke universitas setiap hari," katanya.
Di Kota London pada Kamis (6/10) lalu, putra Johan Cruyff, Jordi bersama Pep Guardiola menjadi pembicara dalam acara presentasi peluncuran buku berjudul Autobiography tentang Cruyff. Buku tentang maestro pelatih asal Belanda.
Guardiola mengaku senang mengenang waktu yang dihabiskan bersama Johan dan bagaimana persepsi sendiri tentang permainan yang disukainya.
"Dia mengajarkan kita, tidak hanya saya, tetapi untuk generasi pemain (berikutnya) dalam memahami sepak bola," kata pelatih asal Catalan ini.
Dia merasa ada pengaruh Cruyff dalam kariernya, baik sebagai pemain maupun pelatih. "Saya sangat beruntung bisa melatih Manchester City, dan sebelumnya telah melatih di Bayern Munich dan Barcelona, tapi itu karena pengetahuan darinya," katanya.
"Dia tidak hanya mengubah satu klub, ia mengubah dua klub. Tidak mungkin untuk menemukan orang seperti dia ini. Dia mengubah budaya di Ajax dan setelah di Barcelona tidak ada cara khusus dengan cara mereka bermain," katanya.
"Dia tiba dan berkata 'Ayo, kita akan bermain dengan cara itu dan semua orang bakal mengikutinya. Seperti saat kita diajak pergi ke sebuah akademi dan Kita melihat pemain berusia tujuh, usia delapan, sembilan tahun bermain di tim pertamanya.
"Dia menciptakan sesuatu dari yang sebelumnya tidak ada. Seseorang perlu pengetahuan, karisma, dan kepribadian," katanya.