TRIBUNNEWS.COM - Ada satu syarat jika Pep Guardiola ingin membawa Manchester City menjuarai Premier League 2016/17. Guardiola harus mengubah gaya bermain timnya.
Permasalahan Manchester City adalah betapa mudahnya gawang mereka kebobolan. Dari 21 pertandingan, mereka telah kebobolan 26 gol. Ini adalah jumlah kebobolan tertinggi di antara enam klub teratas Premier League musim ini. Jumlah kebobolan The Citizens lebih banyak dua gol daripada Liverpool.
Tottenham Hotspur adalah pemilik pertahanan terbaik. Skuat asuhan Mauricio Pochettino baru kebobolan 14 gol, disusul Chelsea (15). Manchester United baru kebobolan 20 gol, sedangkan Arsenal 22 gol.
Namun demikian, permasalahan Manchester City bukan hanya soal rapuhnya pertahanan. Phil Neville, mantan bek Manchester United dan Everton, menilai permasalahan lain skuat asuhan Pep Guardiola adalah kesulitan mereka mencetak gol.
Penyebab utama masalah-masalah tersebut adalah gaya bermain yang diterapkan Guardiola di Manchester City. Tempo permainan City ketika menyerang tidak cepat. Pemain Manchester City mudah ditebak ketika menyerang. Gaya bermain itu membuat Manchester City kesulitan terutama ketika menghadapi tim-tim Premier League yang memiliki organisasi pertahanan baik.
"Itu berarti ada tekanan lebih pada empat bek mereka. Saat melawan Everton, mereka tidak mampu mengatasinya. Pertahanan mereka terbuka lebar," ujar Neville kepada BBC Sport.
Pep Guardiola telah merasakan lima kekalahan di Premier League musim ini. Di sepanjang kariernya sebagai pelatih, mantan pelatih Barcelona dan Bayern Muenchen itu tidak pernah mengalami lima kekalahan di liga.
"Mungkin cara bermain yang dia sukai, melawan intensitas duel fisik Premier League, jadi jauh lebih sulit," kata Ronald Koeman, pelatih Everton, di Sky Sports.
Bukan hanya lini pertahanan Manchester City yang buruk, kualitas penjaga gawang mereka juga buruk. Claudio Bravo terlalu mudah kebobolan oleh lawan. Rasio penyelamatannya bahkan yang terendah di antara penjaga gawang utama enam klub teratas Premier League.
"Bravo bukan hanya mudah kebobolan lewat tendangan-tendangan ke pojok, dia mudah dijebol di area tengah gawangnya. Dia tentu kesulitan menghadapi persepakbolaan Inggris, dengan kecepatan, intensitas, dan tuntutan fisik permainan kita, dan tim-tim 100 persen menyasar dia," kata Neville.
Hal tersebut berimbas pada kepercayaan diri Bravo. Bek-bek Manchester City juga jadi kehilangan kepercayaan kepada pemain asal Cile itu. Menurut Neville kebobolan 14 gol dari 22 tendangan ke gawang terakhir dalam delapan pertandingan terakhir City membuat publik juga kehilangan kepercayaan kepada mantan pemain Barcelona itu.
"Situasinya bakal berbeda jika Anda merasa memiliki seorang penjaga gawang yang mampu di belakang Anda, penjaga gawang yang bisa melakukan penyelamatan," ujar Neville.