TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelatih baru Timnas Indonesia, Luis Milla telah diumumkan PSSI sebagai pelatih baru menggantikan Alfred Riedl yang kontraknya habis dan tidak diperpanjang.
Petinggi PSSI, Danurwindo dan Ade Wellington, mengapit pelatih timnas Indonesia yang baru, Luis Milla. Pelatih asal Spanyol itu diresmikan menjadi pelatih Boaz Solossa cs di kantor PSSI, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Jum'at (20/1/2017).
Menilik dari kariernya sebagai pemain, Milla merupakan sosok yang menjanjikan atas berbagai prestasinya bersama klub-klub yang diperkuatnya.
pada 1988, pemain dan pelatih legendaris asal Belanda Johan Cruyff ditunjuk menangani Barcelona yang kemudian era itu dipercaya sebagai era baru klub Katalunya tersebut.
Saat itu, Milla yang merupakan pemain yang dipromosikan dari akademi klub menjadi salah satu pilar klub bersama beberapa pemain-pemain bintang lainnya seperti Hristo Stoichkov, Michael Laudrup and Ronald Koeman.
Perannya di lini tengah Barcelona saat itu sangatlah penting di posisi gelandang bertahan dengan filosofi yang diterapkan Cruyff.
"Dia (Milla) adalah pemain dengan tipikal yang sangat mirip dengan Pep Guardiola," ungkap fan Barcelona Esteve Sala (78), seorang pemegang tiket musiman klub selama lebih dari 50 tahun, Jumat (20/1/2017).
"Dia bahkan lebih baik dalam duel udara dibandingkan dengan Guardiola, saya teringat ketika dia mencetak gol berkelas saat masih di tim cadangan klub yang membuat saya bergumam, 'Itu siapa?'," tambahnya.
Namun dalam perjalanannya Milla dan Cruyff berselisih, dan itu bukan hal yang baru lagi buat Cruyff, yang juga pernah berselisih dengan pemain lainnya seperti Gary Lineker, Michael Laudrup, Andoni Zubizarreta, dan Stoichkov.
Cruyff pada saat itu mengatakan tidak suka dengan Milla yang diklaimnya terlalu terobsesi dengan uang dan meminta jumlah yang besar kepada klub.
Saat kontrak Milla habis, Barcelona tak memperpanjangnya dan datanglah klub rival mereka Real Madrid yang mendapatkan Milla secara gratis.
Kehilangan Milla, Presiden Barcelona pada saat itu memberikan saran kepada Cruyff untuk mendatangkan pemain Liverpool Jan Molby, namun ditolak Cruyff yang lebih memilih mempromosikan Pep Guardiola.
Guardiola pun mampu membuktikan kepercayaan Cruyff dan mengaku sangat berhutang kepada pelatihnya itu.
"Cruyff sangat mempercayai saya, padahal di saat yang sama banyak pemain yang tak mendapat kesempatan darinya, saya sangat berhutang untuknya," ujar Guardiola.
Seandainya Milla tak pergi, Guardiola mungkin tak akan mendapat kesuksesan luar biasa dengan 16 gelar yang diraihnya di klub itu, lalu melanjutkan kariernya sebagai pelatih sukses.
Secara filosofi, Guardiola dan Milla bisa disebut sebagai pelatih sukses dengan mengedepankan filosofi Barcelona yang didapatnya dari Cruyff semasa mereka bermain.
Milla kemudian melanjutkan karier profesionalnya sebagai pelatih yang dimulai pada 2007 sebagai asisten pelatih Getafe.
Dia menjadi anak buah Pelatih utama di klub itu bersama mantan rekannya di Barcelona dan Madrid, Michael Laudrup.
Duet mereka berdua sanggup membawa Getafe melaju ke perempat final Piala UEFA (sekarang Liga Europa), namun disingkirkan Bayern Muenchen di babak itu melalui gol dramatis.
"Laudrup dan Milla merupakan dua sosok yang sangat hebat buat Getafe," ungkap Cosmin Costra salah satu mantan anak buahnya di Getafe.
Setelahnya Milla mulai beralih dari melatih klub ke Timnas Spanyol berbagai kelompok umur seperti Timnas Spanyol U-19, U-20, U-21, dan U-23 pada 2008-2012.
Spanyol U-21 dibawanya menjadi juara Piala Eropa U-21 2011 dengan catatan luar biasa dari segi pertahanan karena hanya kebobolan dua gol di lima pertandingan turnamen itu.
Saat itu, Spanyol U-21 diperkuat Tiago Alcantara, David de Gea, Juan Mata, dan Javi Martinez yang saat ini menjadi tulang punggung Timnas Spanyol Senior.
Kecermelangan itulah yang diharapkan bisa ditularkan kepada Indonesia yang menunjuknya sebagai pelatih Timnas Senior dan merangkap sebagai Pelatih Timnas U-22.