TRIBUNNEWS.COM - Marcus Rashford punya kenangan indah di Stadion KCOM. Di markasnya Hull City tersebut ia pernah mencetak gol, yang disebutnya sebagai gol terpenting untuk Manchester United.
Itu terjadi pada pekan ketiga Liga Primer Inggris Agustus lalu ketika Rashford mencetak gol semata-wayang kemenangan Man United saat injury time di menit ke-92.
Bomber muda ini masuk di menit 70 menggantikan Juan Mata, dan hanya butuh 20 menit untuk mengubah keadaan. Itulah momen yang semakin mengukuhkan dirinya sebagai "supersub" di MU. Gol yang saat itu mempertahankan rekor 100% kemenangan di era awal Jose Mourinho.
Tapi sekarang Rashford tak membutuhkan lagi sanjungan sebagai "supersub". Ada permasalahan serius menghadang. Ia membutuhkan waktu bermain yang lebih lama, dan juga torehan gol, agar namanya tak semakin tenggelam tahun ini.
Laga melawan Hull City dalam leg kedua Piala liga Inggris di Stadion KCOM, Jumat (27/1) dini hari, menjadi momentum terbaik Rashford untuk unjuk gigi lagi. Juga untuk menumbuhkan keyakinan diri bahwa dirinya masih bisa memberikan kontribusi untuk tim.
"Saya merasa itulah gol terpenting saya, mencetak gol kemenangan di kandang lawan saat menit-menit akhir. Saya sangat menikmati momen ini, dan saya ingin merasakannya lagi," tutur Rashford mengenang momen indah di Stadion KCOM.
Faktanya, ia tak punya lagi banyak sensasi indah setelah itu dimana dirinya hanya bisa mencetak lima gol, termasuk dua gol ke gawang Reading di ajang Piala FA --yang semuanya bukan gol penentu kemenangan.
Musim ini memang tak terlalu ramah untuk Rashford. Musim lalu di era Louis van Gaal, ia bisa leluasa bermain karena saat itu tak ada lagi pilihan striker mumpuni. Dan ia pun bisa sebelas kali jadi starter dengan menyumbang lima gol di Liga Inggris.
Bandingkan dengan sekarang di era Jose Mourinho dimana Rashford makin sulit menjadi starter di Liga Primer. Terakhir, ia jadi starter adalah saat Man United imbang 1-1 dengan West Ham pada 27 November lalu. Selebihnya, sejak Desember sampai sekarang ia hanya menjadi pemain pengganti sebanyak tujuh kali.
Manchester United sendiri di atas angin untuk lolos ke babak final di Wembley setelah unggul 2-0 pada leg pertama di Stadion Old Trafford (11/1) lewat gol Juan Mata, dan Maroune Fellaini. Rashford sendiri diturunkan sejak menit awal namun gagal mencetak gol.
Kendati hanya butuh hasil seri untuk lolos, namun Mourinho besar kemungkinan tak akan mengubah formasi untuk leg kedua ini. "Kenapa harus mengubah formasi ketika tim sudah tampil dengan baik?," ujarnya beretorika.
Di sisi lain, ia harus membagi kekuatan tim lantaran dua hari kemudian, Man United akan ditantang Wigan Athletic di ajang Piala FA. Untungnya, Mou tak punya masalah dengan stok pemain, dan hanya Eric Baily yang absen karena ikut Piala Afrika.
Sementara Hull pastinya akan bertempur habis-habisan lantaran harus mengejar defisit dua gol. Bagaimana pun, lolos ke Wembley akan menjadi penghiburan besar untuk para fan setelah di Liga Primer mereka terancam terdegradasi setelah berkubang di zona merah dengan 16 poin dari 22 laga.
Selain mengandalkan sang top skor, Robert Snodgrass yang moncer dengan tujuh gol, dan tiga assist, pelatih Marco Silva pun berharap banyak kepada sang gelandang serang Abel Hernandez.
Di era pelatih terdahulu, Mike Phelan, ia tampil melempem, namun ketika ditangani Silva, energinya seperti meningkat. Terbukti dengan torehan tiga gol dari empat laga terakhir, dengan dua gol lahir saat Hull menekuk Bournemouth 3-1 (14/1). Jika dilepaskan tanpa pengawalan, bukan tak mungkin penyerang asal Uruguay ini memberikan masalah untuk para bek Man United.