TRIBUNNEWS.COM, LIVERPOOL - Sejak Januari 2017, Liverpool terus mendapat hasil buruk yang membuat mereka terlempar dari empat besar klasemen Liga Inggris.
Kini Liverpool hanya menduduki peringkat lima dan berpotensi disalip Manchester United di tempat keenam karena hanya berselisih satu poin.
Berbagai solusi agar Si Merah keluar dari keterpurukan pun menjadi bahan diskusi yang menarik.
Berikut empat masalah yang harus diperbaiki Liverpool:
1. Kiper
Memiliki dua kiper dengan profil yang bagus di dalam diri Simon Mignolet dan Loris Karius ternyata tak cukup untuk Liverpool membangun pertahanan kuat.
Keduanya bergantian melakukan kesalahan yang merugikan tim sehingga Klopp kerap merotasi keduanya.
Di awal musim Mignolet adalah kiper utama, kemudian diganti oleh Karius, dan kini kembali ke Mignolet karena kiper asal Jerman itu sering melakukan kesalahan fatal.
Sudah tak perlu ada kompromi lagi soal kiper dan klub harus membeli kiper baru dengan kualitas teruji meski harus menebusnya dengan harga mahal.
2. Lini Belakang
Duet Dejan Lovren dan Joel Matip sempat tampil meyakinkan di awal musim, namun perlahan keduanya mulai sering melakukan kesalahan.
Lemah mengantisipasi bola mati terus jadi misteri yang tak terpecahkan dalam beberapa tahun terakhir.
Klub masih sering kebobolan dari situasi bola mati seperti tendangan sudut atau tendangan bebas.
Absennya Mamadou Sakho karena dihukum Klopp dan cederanya Lovren membuat Lucas Leiva dipaksa berduet dengan Matip di jantung pertahanan.
Hasilnya, lini belakang jadi sasaran empuk buat penyerang Leicester City Jamie Vardy yang mencetak dua gol usai mandul di delapan laga.
James Milner yang berposisi asli sebagai gelandang pun diplot Klopp mengisi posisi itu karena tak puas dengan penampilan Moreno.
Meski Milner tampil bagus dan dinobatkan sebagai bek kiri terbaik kedua Eropa, legenda Liverpool Jamie Carragher mengkritisi keputusan Klopp itu.
Sebagus apapun Milner bermain sebagai bek kiri, posisi itu bukanlah keinginan sang mantan pemain Manchester City untuk bermain dalam laga.
3. Krisis bek kiri
Bek kiri juga jadi posisi yang bermasalah di tubuh Liverpool sejak era John Arne Riise dan Fábio Aurélio.
Sejak kehilangan keduanya, Liverpool terus mendatangkan pemain-pemain di posisi itu seperti Paul Konchesky dan terakhir Alberto Moreno.
Hasilnya Konchesky gagal total sementara Moreno tak mampu tampil sebaik saat masih perkuat Sevilla.
James Milner yang berposisi asli sebagai gelandang pun diplot Klopp mengisi posisi itu karena tak puas dengan penampilan Moreno.
Meski Milner tampil bagus dan dinobatkan sebagai bek kiri terbaik kedua Eropa, legenda Liverpool Jamie Carragher mengkritisi keputusan Klopp itu.
Sebagus apapun Milner bermain sebagai bek kiri, posisi itu bukanlah keinginan sang mantan pemain Manchester City untuk bermain dalam laga.
4. Krisis penyerang tajam
Kendalah yang dihadapi The Reds setelah kehilangan Luis Suarez yang hijrah ke Barcelona adalah penyerang.
Meski disebut Mignolet era Suarez lebih memainkan permainan individu tertentu, kehadiran penyerang tajam sanggup mengangkat performa klub di Liga Inggris.
Meski klub punya trio lini depan mematikan dalam diri Sadio Mane, Philippe Coutinho, dan Roberto Firmino, ketiganya kerap kesulitan saat dimatikan lawan.
Tiga pemain itu juga bukan penyerang murni yang bisa dijadikan target man pemain tengah dalam memberikan umpan-umpan manja yang bisa berujung terjadinya gol.
Firmino pun diplot menjadi penyerang tengah dengan ditunjang Mane dan Coutinho di lini depan dengan tim bermain kolektif.
Daniel Sturridge yang menjadi duo tajam di zaman Suarez terus dilanda cedera di saat tim membutuhkannya.
Ketiadaan seorang penyerang murni membuat tim kerap kesulitan mencetak gol dan tertekan ketika klub lawan mencetak gol lebih awal.