TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Gurat kesedihan tampak jelas di wajah Rony Yuliandi (28). Wajahnya sembap.
Matanya tampak memerah. Kelopak matanya sedikit basah oleh sisa air mata yang ia seka dengan tangannya.
Rony adalah kakak kandung Ricko Andrean (22), bobotoh yang menjadi korban pengeroyokan oknum bobotoh ketika pertandingan Persib Bandung kontra Persija Jakarta di Stadion GBLA Bandung, Sabtu (22/7).
Saat para kerabat, tetangga, dan puluhan bobotoh datang mengantar jenazah sang adik dari Rumah Sakit Santo Yusuf Bandung, Rony berupaya tegar.
Ia tampak sekuat tenaga menahan tangis. Namun, matanya terlihat berkaca-kaca ketika jenazah sang adik tiba di rumah duka dengan menggunakan keranda bertutup kain warna hijau bertuliskan Lailaha Illallahu.
Rony segera bangun dari tempat duduknya dan meninggalkan para tamu yang berada di dalam rumah.
Ia kemudian menyambut di depan pintu dan berusaha ikut membopong keranda yang di dalamnya terdapat sang adik yang sudah terbujur kaku.
Namun, Rony diminta oleh kerabatnya kembali masuk ke rumah untuk menurunkan jenazah sang adik dari keranda.
Terlebih, ketika itu delapan orang yang mengangkat keranda sedikit kesulitan untuk memasukkan keranda melalui pintu depan akibat banyaknya warga yang berkerumun di depan rumah.
Selain itu, warga dan ratusan bobotoh yang memenuhi gang sempit di Jalan Jembar 1 RT 05/03, Kelurahan Cicadas, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, itu pun secara spontan ingin bergantian mengangkat keranda yang berisi jenazah sang bobotoh fanatik.
Suasana di sekitar rumah duka pun begitu mengharukan. Puluhan orang terlihat menangis saat menyaksikan keranda Ricko keluar dari mobil jenazah.
Pihak keluarga dan tetangga Ricko kemudian mengangkat keranda Ricko sejauh 50 meter dari mobil ke rumah duka.
Beberapa rekan Ricko bahkan terlihat menangis tersedu-sedu ketika Ricko dikeluarkan dari keranda untuk dimandikan dan kemudian disalatkan.
Beberapa remaja sebaya Ricko juga terlihat lemas akibat kesedihan mendalam karena kehilangan seorang sahabat yang begitu baik.
Sebelum jenazah sang adik tiba di rumah duka, kepada Tribun Rony sempat menyampaikan harapannya mengenai permusuhan suporter, terutama permusuhan bobotoh dengan pendukung Persija Jakarta, The Jak Mania.
Rony mengatakan insiden kekerasan suporter yang merenggut nyawa adiknya tersebut harus jadi yang terakhir.
"Kejadian ini harus jadi cermin. Permusuhan bobotoh dan The Jak harus diakhiri. Jangan ada lagi korban. Adik saya (Ricko) harus jadi yang terakhir," kata Rony.
Menurut dia, insiden pengeroyokan yang menimpa adiknya tak bisa dilepaskan dari permusuhan kedua suporter.
Padahal, kata dia, adiknya, yang merupakan seorang bobotoh, hanya bermaksud melindungi dan menolong seorang suporter yang disangka anggota The Jak Mania yang nyaris dihakimi oknum bobotoh.
"Padahal adik saya bobotoh. Dia bobotoh sejati. Sangat fanatik terhadap Persib," ujar sang kakak penuh kebanggaan menceritakan mendiang adiknya.
Permusuhan antarsuporter, ujarnya, sama sekali tidak memberikan manfaat apa-apa bagi kedua belah pihak.
Sebaliknya, permusuhan bobotoh dan The Jak justru mengakibatkan banyak kesedihan, mulai dari korban luka hingga nyawa melayang.
Ricko adalah korban jiwa kesekian. Sebelumnya, beberapa bobotoh tercatat meninggal dunia akibat perselisihan panjang kedua kubu.
"Kami dan keluarga sangat kehilangan Ricko. Kami berharap kejadian ini adalah momen bagi bobotoh untuk damai dengan The Jak. Ke depan, jangan ada lagi korban selanjutnya," ujarnya sambil tertunduk menahas tangis.