TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Persib Bandung kerap kali dikritik bobotoh karena selalu tampil monoton.
Minim variasi, Maung Bandung dominan bermain mengandalkan kecepatan gelandang-gelandang sayap bertipe sprinter mulai dari Shohei Matsunaga, Tantan, Atep, Febri Hariyadi, hingga Billy Paji Keraf.
Maung Bandung pun sering mengharapkan umpan dan tusuk-tusukan dari Supardi, Tony Sucipto, dan Henhen Herdiana. Mereka ada bek kiri-kanan yang kerap membantu serangan.
Pola ini dianggap membosankan dan mudah terbaca lawan.
Assiten pelatih, Herrie Setyawan, mengatakan tak ada yang salah dengan pola permainan timnya meski dominan dari dari sisi sayap.
Pria memimpin Persib Bandung pascapengunduran diri Djadjang Nurdjaman itu menilai persoalan justru ada pada penyelesaian akhir.
"Kalau main bola ya di sayap, otomatis harus selesai di depan, dan kita pun bisa masuk skema ke dalam kotak penalti (cutting inside)," ujarnya di Stadion Persib, Rabu (26/7/2017).
Menurutnya, pola serangan dari sisi sayap tak bakal muncul andai skuatnya bisa memaksimalkan peluang yang lahir dari strategi itu.
Argumen pelatih plontos ini masuk akal meskipun tak sepenuhkan benar, jika melihat distribusi gol Pangeran Biru dari 16 laga yang sudah dilakoni.
Delapan dari 15 gol Persib Bandung dicetak gelandang sayap masing-masing Atep (3), Billy Paji Keraf (2), Shohei Matsunaga (2), dan Febri Hariyadi (1).
Tiga gol lain lahir dari skema tendangan pojok masing-masing dikemas Michael Essien, Vladimir Vujovic, dan Achmad Jufriyanto.
Sebagian besar assist pun dicatat para pemain yang selalu menyisir sisi luar lapangan.
Atep, Shohei Matsunaga, Tantan, Billy Paji Keraf, Febri Hariyadi, Supardi, dan Tony Sucipto masing-masing menyumbangkan satu assist.
"Yang kata semua orang (kritik) kami banyak main di pinggir itu karena tidak selesai dan jadi gol," kata Herrie Setyawan.
Dalam sisa Liga 1, Maung Bandung mungkin perlu mempertimbangkan kembali pola ini atau minimal menemukan solusi agar strategi ini berjalan efektif.
Permainan sayap Persib Bandung sempat menakutkan lawan-lawan saat berbuah gelar LSI 2014 dan Piala Presiden 2015.
Dalam dua tahun terakhir, pola permainan serupa tak lagi seefektif.
Satu kendalanya, ucap Herrie Setyawan, adalah ketiadaan penyerang yang mampu mengkonversikan umpan-umpan silang menjadi gol.
Sejauh ini, Pangeran Biru mencatat 119 tembakan tapi hanya 47 di antaranya yang sesuai target dan hanya 15 peluang yang berbuah gol.