TRIBUNNEWS.COM, BALI - Kemenangan dramatis 1-0 Bali United atas tuan rumah PSM Makassar di Stadion Andi Matalata, Makassar, Senin (6/10/2017) masih menyisahkan cerita pilu bagi gelandang bertahan Bali United, I Gede Sukadana.
Pascagol semata wayang dari sontekan Stefano Lilipaly pada detik-detik akhir injury time babak kedua, tim Bali United yang hendak meninggalkan lapangan menuju ruang ganti dihujani lemparan benda-benda keras dari penonton.
Ofisial dan pemain Bali United pun mendapat teror, intimidasi, bahkan beberap apemain diduga kena pukulan dari oknum ofisial PSM dan panitia pelaksana (Panpel) setempat.
Kepada BolaSport.com pada Rabu (8/10/2017) pagi di Kuta, Sukadana menceritakan kronologis mengerikan itu dan menyebut nama oknum ofisial PSM yang memukulnya berkali-kali hingga jidat kanannya memar dan bengkak.
"Awalnya dari gol Lilipaly itu, terus kami selebrasi. Hal biasa kalau tim manapun merayakan gol. Begitupun dengan kami," ujar pemain kelahiran Denpasar tersebut.
Ia pun bercerita tentang kejadian di mana ia mendapat beberapa kali bogem mentah.
"Tetapi saya menyesal sekali dengan salah satu asisten pelatih mereka, yang saya dengar namanya Bahar (Bahar Muharram). Saya sih tidak kenal. Hanya, dia dibilang legenda di Makassar," lanjutnya.
Ia mengatakan bahwa seseorang sepertinya seharusnya memberi contoh baik atau menenangkan tim.
"Dengan dia memukul saya, saya jadi tidak lagi respek dengan orang ini meski dia legenda dan punya anak di timnas sekarang (Asnawi Mangkualam Bahar).
"Saya merasakan tiga kali kena pukulan dari dia. Jadi saya harap ke depannya, dia harus bisa memberi contoh baik. Apalagi dia punya anak yang juga pemain sepak bola," tutur Sukadana.
"Nanti kalau tindakannya seperti itu, bagaimana kalau kejadian yang sama dialami anaknya? Apalagi dia legenda. Saya yakin karma itu pasti ada," lanjutnya.