TRIBUNNEWS.COM, LIVERPOOL - Kepergian Philippe Coutinho ke FC Barcelona yang diresmikan akhir pekan lalu, bak sebuah pukulan buat reputasi Liverpool FC.
Sebagai Salah satu tim tersukses di Inggris, Liverpoolbelakangan menjelma menjadi sekolah akademi buat klub elite Eropa.
Coutinho resmi diperkenalkan sebagai pemain anyar Barcelona, Senin (8/1/2018), dengan biaya transfer berkisar 120 juta euro, plus bonus 40 juta euro.
Penyerang asal Brasil itu menjadi pemain termahal dunia nomor dua setelah Neymar sekaligus transfer termahal sepanjang sejarah bursa transfer musim dingin.
Coutinho mengungkapkan bahwa Barca adalah klub impiannya.
Saking ingin merealisasikan mimpinya, dia bahkan rela tak mentas di fase gugur Liga Champions 2017-2018.
Aturan di Liga Champions ialah pemain yang sempat bermain buat satu kontestan ajang tersebut di babak grup tidak bisa lagi merumput untuk klub peserta lain dalam satu musim yang sama.
Fakta bahwa Coutinho mengorbankan hal tersebut demi Barca inilah yang mencoreng nama Liverpool seolah-olah The Reds tak sanggup mempertahankan pemain bintangnya.
Kenyataannya memang demikian di mana setidaknya dalam 10 tahun terakhir, Liverpool kehilangan sejumlah pemain yang mereka bina hingga menjadi bintang demi klub top Eropa.
Meski sebagai balasannya, Si Merah memang mendapat uang penjualan yang fantastis di masanya.
Sebelum Coutinho, ada Xabi Alonso yang hijrah ke Real Madrid, Fernando Torres ke Chelsea, Luis Suarez ke Barca, dan Raheem Sterling ke Manchester City.
Alasan Coutinho meninggalkan Anfield sepertinya sama dengan para pendahulunya, yakni berharap mendapatkan gelar prestisius.
Alonso, Torres, Suarez, dan Sterling terbukti memenangi gelar liga domestik hingga antarklub Eropa macam Liga Champions setelah keluar dari Liverpool.
Dengan kata lain, ada potensi para pemain lain mengikuti jejak para pendahulu mereka, yaitu menjadikan Liverpool sebagai tempat singgah di mana mereka dapat mengasah kemampuan sebelum memutuskan bergabung ke klub top di Benua Biru.