Gapsi mengingat, saat itu Isaac menangis menceritakan kondisi keluarganya.
Ayahnya telah meninggal, sementara ibunya hanya penyandang disabilitas yang mengalami lumpuh.
"Aku lalu memintanya untuk datang ke latihan pada esok harinya," ujar Gapsi.
Isaac datang, tapi Gapsi tidak memintanya untuk jadi pemain bola.
Melainkan tetap sebagai seorang wasit.
"Bocah ini, mulai hari ini akan jadi wasit. Kalau ada yang tak menghormati dia, kalian semua tak menghormati aku. Semua yang dia putuskan harus kalian hormati, atau kalian keluar dari tim,"ujar Gapsi kepada anak-anak didiknya.
Isaac kemudian mulai menjadi wasit, dan kemampuannya terus berkembang.
Dari menjadi wasit di laga anak-anak, Isaac dipromosikan Gapsi menjadi wasit laga orang dewasa.
Dia kemudian sering dipanggil Isaac Popo.
Nama terakhir itu diberikan karena suara peluitnya yang khas.
Yang menarik, adalah pengakuan Isaac kepada Gapsi.
Dia mengaku sangat mengidolakan Howard Webb sebagai panutan dalam menjadi wasit.
Kisah Isaac Popo ini terdengar pula sampai telinga Howard Webb di Inggris.
Howard Webb terkesan, lalu menulis surat dukungannya terhadap Isaac.
Ia bahkan memberi Isaac kartu kuning yang dia pakai saat memimpin Piala Dunia.
Kartu kuning itu, sampai sekarang, dipakai oleh Isaac di setiap laga yang dia pimpin... (*)