Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferdyan Adhy Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Timnas Indonesia saat ini kekurangan pemain berposisi striker yang berkualitas.
Klub di Indonesia lebih memilih jasa pemain asing di posisi penyerang karena terbukti manjur.
Buktinya, klub-klub besar macam Persija, Arema, dan Sriwijaya FC mengandalkan striker asing untuk menggedor pertahanan lawan.
Adapun striker lokal, rata-rata hanya menjadi penghangat bangku cadangan atau diubah posisi bermainnya.
Baca: Tak Terima Ditilang, Dua Pemuda Rusak Pos Polisi
Terkait hal ini, mantan striker Timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto merasa beruntung karena lahir di era yang masih mengandalkan dua penyerang.
"Sekarang permasalahnnya kita enggak mau kalah bersaing dan klub enggak mau rugi mungkin kan, ambil asing yang lebih mumpunikan," ujar Kurniawan beberapa waktu lalu.
Menurutnya, PSSI sebagai federasi sepak bola di Indonesia harus berpikir bagaimana caranya agar striker lokal yang masih muda bisa bermain di level senior.
Baca: Kepala Dinas KUMKM Jabar Ajak Pelaku Usaha Kecil Belajar Personal Branding
"Misalkan walau usianya masih muda, jam terbangnya sudah tinggi, dan klub juga harus berani mainkan striker lokal. Jangan sampai nanti ujung-ujungnya, anak kecil berkata 'males ah main jadi striker', misalnya," ucapnya.
Ia merujuk kepada event sepak bola junior di Asia Tenggara yang dimana, striker lokal selalu bisa menjadi top skorer.
Si kurus, julukan Kurniawan, melihat bahwa kekurangan Timnas Indonesia berada di posisi striker bertipe finisher.
"Tipikal (pemain) berlari banyak lah, tapi tipikal sebagai tembok kan jarang yah , mudah-mudahan dengan adanya Indonesia Way, kurikulumnya bagus , dan memunculkan striker tunggal," ucapnya.
Tancap Gas, Ezechiel NDouassel Jadi Top Skor dan Samai Torehan Golnya di Musim Lalu https://t.co/1KStboNVk4 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) April 18, 2018