TRIBUNNEWS.COM - Mohamed Salah belum lama menginjakkan kaki di Rusia.
Piala Dunia bahkan belum juga dimulai.
Tapi pemain bintang Liverpool yang jadi andalan Timnas Mesir itu sudah memicu kontroversi.
Foto Mohamed Salah saat berkeliling di Stadion Akhmat Arena stadium, Grozny, Chechnya, memicu keriuhan di media sosial.
Sejumlah aktivis HAM, bahkan juga mengecam Salah.
Di stadion itu, Salah berfoto bersama Presiden Chechnya, Ramzan Kadyrov.
Ramzan Kadyrov merupakan tokoh penting di sejarah Perang Chechnya.
Ia sebelumnya dikenal sebagai pimpinan tertinggi pasukan pemberontak Chechnya.
Yang membuat Salah dikecam, Kadyrov hingga kini banyak dituding melakukan kejahatan perang.
Dikutip dari Daily Express, Kadyrov diyakini terlibat dalam sejumlah pembunuhan dan penyiksaan demi perebutan pucuk pimpinan di Chechnya.
Wikipedia juga menulis, Kadyrov diyakini telah mengumpulkan kekayaan yang didapatnya dari pemerasan bayaran dan dari penjualan minyak Chechnya secara tidak sah.
Suara-suara miring pun bermunculan, mengomentari foto Salah bersama Kadyrov.
"Kadyrov mencoba memanfaatkan Chechnya sebagai markas tim (Mesir) untuk meningkatkan pencitraannya sendiri,"
“Dia bersenang-senang meski dalam sorotan. Dia tak diragukan punya kendali kejam pada Chechnya,"
"Dia telah berusaha menghapus segala bentuk advokasi politik atau kerja hak asasi manusia," kata Rachel Denber, wakil direktur Human Rights Watch untuk Eropa dan Asia Tengah.
Dalam foto itu, Salah terlihat akrab dengan Kadyrov.
Tak hanya berfoto dengan penuh senyum dan tawa, Salah juga menggenggam tangan Kadyrov.
Sementara Kadyrov, mengaku mengidolakan Salah.
“Mohamed Salah adalah pesepakbola terbaik dunia saat ini, dan sosok pribadi yang sempurna,” ujar Kadyrov kepada Russian Today.
Kadyrov dikenal media barat sebagai pimpinan yang mengendalikan Chechnya dengan otoriter.
Dia disebut menerapkan hukum syariat Islam di Chechnya, termasuk melarang adanya praktik homoseksual di negara yang tunduk pada Federasi Rusia itu.
Sebelumnya, pasukan pemberontak yang dibela Kadyrov, melawan Rusia di Perang Chechnya I.
Kemudian, ketika keluarga Kadyrov memimpin pasukan milisi Chechnya di Perang Chechnya II, mereka menyatakan tunduk pada pemerintah Rusia rezim Vladimir Putin. (*)