TRIBUNNEWS.COM - Setelah sebulan lamanya bertarung, akhirnya jawara Piala Dunia ditentukan semalam.
Adalah Prancis yang menjadi rajanya dalam gelaran pesta bola kali ini.
Les Bleus berhasil memenangkan trofi Piala Dunia keduanya setelah mempecundangi Kroasia dengan skor akhir 4-2.
Laga final kali ini pun mendatangkan berbagai macam drama.
Mulai dari gol bunuh diri hingga blunder Lloris ikut mewarnai pertandingan yang berlangsung di Stadion Luzhniki semalam.
Salah satu momen yang menyita perhatian juga terjadi di sekitaran menit ke-52 laga.
Bagaimana tidak?
Di saat Kroasia tertingal dan tengah melakukan serangan balik, tiba-tiba masuk 4 penyusup ke dalam lapangan.
Orang-orang yang berlari ke dalam lapangan tersebut terlihat menggunakan kemeja putih, berdasi, dan bertopi.
Berikut adalah 4 fakta terkait aksi yang sempat mengganggu jalannya pertandingan tersebut
1. Dilakukan oleh Pussy Riot
Menurut laporan Associated Press yang dicuplik dari BolaSport.com, kelompok yang masuk ke dalam lapangan tersebut adalah para member dari sebuah grup band punk bernama Pussy Riot.
Pussy Riot adalah band asal Rusia yang terkenal vokal terhadap kebijakan pemerintahnya.
Tercatat beberapa kali Pussy Riot menentang kebijakan Presiden Rusia, Vladimir Putin di tiap konser yang dijalaninya.
Pussy Riot juga terkenal akan paham aliran feminisme garis keras yang dianutnya.
Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan salah satu membernya "Serafima".
Ia mengatakan sosok-sosok tokoh feminisme seperti Simone de Beauvoir, Andrea Dworkin, Emmeline Pankhurst, Shulamith Firestone, Kate Millett, Rosi Braidotti dan Judith Butler menjadi salah satu inspirator grup mereka.
2. Memberikan 6 Tuntutan kepada pemerintah Rusia
Usai viral karena aksinya di final Piala Dunia, Pussy Riot lantas mengunggah sebuah postingan di laman Instagram-nya.
Tuntutan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Bebaskan semua tahanan politik
2. Tidak melakukan penahanan dengan dasar 'kesukaan'
3. Stop penangkapan ilegal pada sebuah demonstrasi.
4. Mengizinkan adanya kompetisi politik di Rusia
5. Tidak membuat tuduhan kriminal tak berdasar dan tidak menahan orang-orang tanpa alasan
6. Ganti polisi yang duniawi dengan polwan yang surgawi
3. Aksinya membuat Dejan Lovren berang.
Meski tuntutannya terbilang positif, aksi Pussy Riot ini tetap membuat geram beberapa pihak.
Salah satunya adalah bek Kroasia sendiri yakni Dejan Lovren.
Berbeda dengan Mbappe yang memberikan tos kepada salah seorang penyusup, Lovren terlihat mengamuk melihat aksi tersebut.
Bek Liverpool ini dengan sigapnya membanting pria yang menghampirinya sambil meminta pria tersebut untuk keluar lapangan.
"Saya tidak mengerti bagaimana mungkin mereka lari ke lapangan. Saya pikir, tidak tahu," ucap Lovren pada wawancara di Mixed Zone Luzhniki Stadium yang dihadiri BolaSport.com.
"Saya marah pada saat itu. Saya marah karena hingga saat itu kami bermain bagus lalu terjadi gangguan. Saya kehilangan ketenangan, saya memegangnya dan melemparnya ke rumput," ujarnya.
Bek Liverpool itu layak kesal mengingat Kroasia tengah tertinggal 1-2 dari Prancis.
4. Keamanan langsung diperketat usai kejadian tersebut.
Seperti yang sudah diwartakan BolaSport.com secara langsung dari vanue final, pihak keamanan langsung memperketat jumlah steward yang bertugas untuk mengawasi tribune penonton setelah kejadian tersebut.
Jarak para steward yang pekerjaannya adalah memerhatikan tribune dari sisi lapangan bermain tersebut, tampak tak lebih dari satu rentang tangan orang dewasa.
Hal ini sangat berbeda sekali dengan sebelum kejadian tersebut ketika ada jarak sekitar 4-5 meter per steward yang berjaga.
5. Aksi Pussy Riot ramai dihujat netizen.
Tak hanya jadi perhatian para pemain dan ofisial, aksi nyeleneh Pussy Riot ini menuai banyak komentar dari netizen.
Banyak yang menghujat aksi yang dinilai merusak jalannya pertandingan tersebut.
Hal ini bisa dilihat dari komentar id unggahan mereka usai aksi tersebut.
dongdonge0 "tidak layak disebut sebagai aksi yang berani, protes terburuk sepanjang masa:
sekynho88 "tidak ada yang peduli dengan masalah-masalah anda, anda hanya merusak sebuah pertandingan yang berjalan indah. Jangan lagi bawa-bawa urusan politik di olahraga."
aligeeze "Tidak ada yang peduli dengan anda. Orang-orang berada di belakan Kroasia karena banyak pemainnya yang telah melalui neraka peperangan dan selamat lalu tumbuh hingga sekarang menjadi pemain hebat. Yang kalian lakukan itu merusak sebauh serangan counter attack yang susah payah dibangun para pemain tersebut. Kami tahu dan hormat betul dengan agenda politik kalian, tapi kalian tidak menghormati perjuangan para pemain Kroasia yang telah melalui masa lalu yang begitu berat. ini benar-benar tindakan yang begitu egois.
(Tribunnews.com/Bobby Wiratama)
Baca: Ternyata ini Profesi dengan Bayaran Tertinggi di Kerajaan Inggris, Gajinya Capai Rp 3,4 M Per Tahun