TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi RI (Kemendesa PDTT) menggelar bimbingan teknis (bimtek) lanjutan Liga Desa Nusantara 2018 di Jakarta Timur, Rabu-Jumat 1-3 Agustus 2018. Acara bimtek dibuka Sekjen Kemendesa, Anwar Sanusi.
Hadir Ketua Komisi V DPR RI Fary Francis dan pelatih Timnas U-19 Indonesia, Indra Sjafri dalam salah satu sesi bimtek pada Kamis 2 Agustus 2018.
Fary Francis dalam sesi motivasi kepada peserta bimtek, mendorong Kemendesa RI untuk memperbesar cakupan pelaksanaan Liga Desa. Tahun ini Kemendesa menggelar Liga Desa di 12 provinsi. Jumlah itu meningkat dari tahun lalu ketika hanya digelar di 2 provinsi, Banten dan Jawa Barat.
Untuk tahun ini Liga Desa diselenggarakan di 12 provinsi, meliputi Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, NTT, dan Maluku Utara.
"Jika mau serius dengan Liga Desa, sebagai Ketua Komisi V DPR RI yang merupakan mitra kerja Kemendesa, saya pasti beri dukungan," ungkap Fary Francis saat penutupan acara,
Bentuk dukungan itu dengan pembahasan anggaran di Kemendesa dalam APBN 2019 mendatang. Dalam pembahasan anggaran itu nantinya Fary Francis akan berusaha maksimal untuk mengawal pelaksanaan Liga Desa Nusantara.
"Lebih jauh Liga Desa ini memecahkan persoalan PSSI. Bisa kita hitung kalau memang Liga Desa bergulir di 12 provinsi dan melibatkan 1.200 desa, berarti berapa ribu database pemain yang akan didapat? Ini sangat membantu PSSI, karena PSSI belum punya banyak database pemain," papar Fary Francis yang juga Ketua Departemen Sport Intelligent PSSI ini.
Fary Francis juga mengusulkan kepada Kemendesa agar hadiah juara Liga Desa tidak melulu uang. Bisa berupa bantuan sarana dan prasana (sarpras) olahraga, dalam hal ini lapangan yang memenuhi standar minimal nasional.
"Ini usul Ketua Komisi V, bahwa hadiah Liga Desa sebaiknya berupa lapangan. Ini serius, apa yang bisa kita buat bersama untuk Liga Desa, karena memang ada anggaran sarpras bantuan lapangan yang bisa dipakai Kemendesa," jelas Fary Francis.
Sementara Indra Sjafri mengaku takjub dengan pelaksanaan Liga Desa. Pasalnya baru kali ini ada kompetisi atau turnamen yang menawarkan kesempatan buat para pemuda di desa, dalam bidang olahraga khususnya sepak bola.
"Pemain sepak bola itu paling banyak bukan di kota besar. Ini pengalaman pribadi, dari dua generasi timnas U-19 yang saya bentuk, setelah dilihat profilnya ternyata banyak anak desa," kata Indra Sjafri.
"Kenapa orang desa lebih berkualitas? Meski bukan berarti anak kota tidak bisa main bola. Jawabannya karena anak desa lebih banyak gerak dibandingkan anak kota. Dari diskusi soal teknis, di desa itu masih banyak lapangan yang terbuka, aturan dari orangtua tidak terlalu ketat dalam arti positif. Di desa pula anak-anak mengejar hewan buruan, mengejar bus atau angkutan umum. Intinya anak desa melakukan lebih banyak hal, sehingga membuat dia kaya gerak," tutur Indra Sjafri.