TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Pelatih Persib Bandung, Roberto Carlos Mario Gomez, merasa kerja kerasnya melatih Persib kurang mendapat apresiasi dari manajemen, PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB).
Mario Gomez pun mengancam akan hengkang ke tim Malaysia akhir musim 2018.
Sejak tiga bulan lalu, saat Maung Bandung berada di papan tengan klasemen sementara Liga 1, Mario Gomez meminta manajemen tim menaikkan nilai kontraknya, serta tambahan bonus untuk dia dan anak-anak asuhannya.
Namun, hingga Persib Bandung berhasil bertengger di puncak klasemen, manajemen tidak menanggapi permintaannya.
"Kami tidak memanfaatkan momen karena sekarang sedang di atas (peringkat satu) tapi kita bicara ini (tambahan kontrak dan bonus) sudah dari tiga bulan lalu. Bukan cuma bonus dan gaji, tapi fasilitas lain seperti lapangan untuk latihan juga belum ada, padahal kita sudah minta dari delapan bulan lalu," ujar Mario Gomez ketika ditemui Tribun Jabar di apartemennya, Jalan Merdeka, Kota Bandung, kemarin.
Mario Gomez mengaku bahwa nilai kontraknya di Persib Bandung sangat kecil jika dibandingkan dengan kontrak dia saat menjadi arsitek Johor Darul Takzim. Gajinya di Maung Bandung hanya seper lima dari bayaran dia di Malaysia.
Pelatih asal Argentina itu akhirnya mau menerima tawaran untuk mengarsiteki Persib Bandung, lantaran berdasarkan informasi dari agennya, manejemen Persib tidak segan menggelontorkan bonus jika mampu mengangkat performa tim.
"Awalnya, kita mengambil kontrak di sini karena kita berpikir bonusnya lebih tinggi, kalau sebelum tanda tangan kontrak kita tahu bonusnya kecil, mungkin kita tidak akan ambil di sini (Persib Bandung)," katanya.
Setelah membuktikan kualitas dengan mampu membawa Persib ke puncak klasemen, ucapnya, bonus yang dijanjikan manajemen tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Ia pun berencana hengkang ke tim Malaysia yang dinilai mampu membayarnya dengan layak.
"Maksudnya kami mau dengar dari manajemen, kalau di sini tidak ada jawaban, besok atau lusa kita bisa pergi. Kami kerja di sini, kemarin kami main bagus, bawa pemain dari Liga 2 (Ardi dan Sabil) mereka bermain bagus, ambil pemain muda juga bagus. Banyak orang meragukan kualitas mereka tapi sekarang terbukti mereka main bagus," ucapnya.
Tak hanya itu, Mario Gomez selalu menjadi yang terdepan dalam menentang keputusan dari Komite Disiplin (Komdis) Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang dinilai selalu merugikan timnya.
"Kita juga harus kerja di luar pertandingan melawan wasit, melawan Komdis dan PSSI, kita kerja siang malam. Juara tidak juara, kontrak berakhir Desember, di belakang kita sudah ada tim lain yang mau kita," ucapnya.
Ucapan Mario Gomez itu menunjukkan keseriusannya, jika manajemen tak kunjung juga memberikan kejelasan terhadap dirinya.
Bahkan dalam waktu dekat ia bakal bertemu manajemen tim Malaysia saat libur kompetisi Liga 1 lantaran gelaran Asian Games 2018.
"Setelah melawan Mitra Kukar, kita ada waktu libur, mungkin saya akan pergi ke Malayasia untuk bertemu tim lain. Saya menghargai kontak bersama Persib, aku mau melanjutkan kerja di sini, tapi kalau manajemen tidak menaikan kontrak, aku akan pergi. Tapi, kalau manajemen menaikan kontrak, aku bisa di sini, satu tahun, dua tahun, tidak tahun," katanya.
Mario Gomez menilai, selama tujuh bulan menjadi pelatih Persib Bandung, manajemen terkesan lebih mementingkan bisnis ketimbang kebutuhan tim.
Tuduhannya tersebut diakuinya sangat kuat, sebab jika dilihat dari penghasilan tim dari sponsor, penjualan tiket dan hak siar tayangan televisi, manajemen memiliki kemampuan untuk memberikan bonus dan gaji yang layak bagi dia.
"Saya merasa memiliki jalan berbeda dengan manajemen. Kemarin stadion penuh, sponsor banyak dan tayangan televisi, manajemen banyak mendapatkan uang, tapi mereka membayar saya dan pemain sangat sedikit, bonus juga kecil untuk kita dan pemain," ucapnya.
Meski demikian, Mario Gomez sebenarnya sudah merasa sangat nyaman dengan atmosfer sepakbola Indonesia, terlebih Maung Bandung memiliki suporter fanatik yang selalu memberikan dukungan kepada tim dalam setiap pertandingan.
Fakta itu membuat ia merasa berat untuk meninggalkan tim kebanggaan Jawa Barat ini.
"Kami sebenarnya tidak mau pindah, kita suka di sini, saya suka Indonesia, suka Bandung dan cinta sama bobotoh, tapi kalau seperti ini gaji kecil, bonus kecil fasilitas latihan tidak ada, mungkin kita akan pergi," katanya. (Nazmi Abdurrahman/Tribun Jabar)