TRIBUNNEWS.COM - Gunung Krakatau menjadi salah satu gunung berapi aktif yang menjadi perhatian dunia. Gunung Anak Krakatau kini kembali menjadi sorotan yang hangat karena menjadi faktor penyebab tsunami Banten pada Sabtu (22/12/2018).
Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda belakangan ini terus meningkat sehingga menimbulkan letusan yang terjadi secara terus menerus. Parahnya, hampir setiap hari letusan ini terjadi.
Gelombang tsunami Selat Sunda yang menghantam Banten dan Lampung secara tiba-tiba pada Sabtu (22/12/2018) malam menelan banyak korban jiwa.
Baca Juga:, Kisah Ifan Seventeen Terseret Air ke Lautan, Pasrah Diri hingga Bertahan Hidup
Baca Juga:, Ini Pengalaman Horor Maria Selena di Laut Jawa Jelang Tsunami Banten
Baca Juga:, Istri Ifan Seventeen Ditemukan Meninggal, Semasa Bersama Suami Pernah Lakukan Olahraga Ini
Setidaknya terdapat tiga wilayah yaitu Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan yang terkena dampak dari tsunami itu.
Kerusakan fisik meliputi 611 unit rumah rusak, 69 unit hotel-vila rusak, 60 warung-toko rusak, dan 420 perahu dan kapal rusak.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, ada dua peristiwa yang kemungkinan menjadi pemicu gelombang tsunami tersebut, yakni karena aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang tinggi karena cuaca di perairan Selat Sunda.
Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan masih mendalami apakah kaitannya gelombang itu dengan aktivitas anak Gunung Krakatau yang beberapa bulan terakhir menunjukan letusan-letusan kecil. >>>BACA SELENGKAPNYA DI SINI>>>