TRIBUNNEWS.COM - Bek Sriwijaya FC, Zalnando, mengisyaratkan memilih Persib Bandung sebagai klub barunya.
Terdegradasinya Sriwijaya FC ke kompetisi kasta kedua menjadi alasan kuat bagi Zalnando untuk pergi.
Di usianya sekarang, berkompetisi dengan persaingan level tertinggi menjadi pilihan utama.
Meski tidak secara gamblang mengungkapkan perjalanan karier selanjutnya, kemungkinan besar Zalnando bakal jatuh ke pangkuan Persib Bandung.
Sebagai orang asli Jawa Barat, Zalnando tak menampik bila Persib Bandung merupakan cita-citanya.
Apalagi, kota tempat kelahirannya 'hanya' selemparan batu dari Kota Bandung, tempat Persib bermukim.
Sebagai pemuda yang lahir dan besar di Cimahi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, tentu ada ikatan emosional antara dirinya dengan Pangeran Biru.
"Bisa saja saya memilih klub yang punya kedekatan emosional," kata Zalnando, kutip BolaSport.com dari laman resmi Liga Indonesia.
Namun, pemain yang telah mengenyam pengalaman di berbagai jenjang umur timnas Indonesia ini, masih menghormati kontraknya bersama Laskar Wong Kito.
Ia tak ingin mengambil keputusan apa-apa terkait masa depannya sebelum kontraknya habis.
"Saya belum bisa memutuskan soal masa depan. Masih ada kontrak dengan Sriwijaya FC sampai 19 Januari nanti," ujarnya.
Sebelumnya, Zalnando mengungkapkan memang telah semakin intens berkomunikasi dengan Maung Bandung.
"Kalau itu (dihubungi Persib) ya ada dihubungi. Ya komunikasi itu saja, tetapi mereka juga mengerti, saya masih dikontrak," kata Zalnando dilansir BolaSport.com.
Terlebih, Nando mengaku amat ingin sekali membela klub berjuluk Maung Bandung itu.
"Setiap semua warga Jabar, kan Persib kebanggaan-nya. Persib tim besar dan ada di daerah saya. Ya, tentu saja saya bangga kalau bisa main di sana," tuturnya.
Alasan lain yang semakin menguatkan kabar kepindahan Zalnando ke kampung halamannya adalah, di Persib banyak terdapat rekan-rekannya dahulu.
"Ada Deden (Muhammad Natshir), dulu kan di SEA Games Singapura bareng Deden. Bow (Febri Hariyadi) juga bareng di timnas," ujar pemain kelahiran 1996 itu.