TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN), Suhendra Hadikuntono mengatakan harus dibedakan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai lembaga dan pengurus lembaga.
Menurutnya, KPSN sangat mengapresiasi tanggapan Executive Committee PSSI, Gusti Randa. Namun, jika menilai apa yang akan dilakukan KPSN dapat mengganggu PSSI dalam membersihkan mafia bola, perlu diluruskan pemahamannya.
Penyakit tersebut, lanjutnya, ada di pengurus PSSI bukan PSSI. Contoh Gusti Randa yang pada saat bersamaan menjadi pengurus di PSSI dan Persatuan Gulat Seluruh Indonesia.
“Hal-hal seperti ini tidak boleh lagi terjadi ke depan. Kita harus mulai membenahi hal tersebut dan itu menjadi kewajiban kita semua,” ungkap Suhendra saat dimintai tanggapan, Sabtu (5/1/2019) kemarin.
KPSN yang ingin bergerak melibatkan sebuah lembaga dan akan mengumpulkan member dan voter PSSI di sebuah hotel di Jakarta pada 9 Januari mendatang dijelaskan Suhendra, merupakan kegiatan biasa saja dan tidak ada yang istimewah.
“Jadi kami bukan mengumpulkan tetapi lebih dari mendengar aspirasi dan keluhan member community masyakarat sepak bola yang menginginkan perubahan positif kedepan,” kata Suhendra.
KPSN, diakuinya tidak ada niat apa pun terkait kasus yang tengah bergulir saat ini. Bahkan tanpa ditanya komunitas sepak bola lebih paham layak tidaknya Edy Rahmayadi memimpin PSSI.
"Selama ini, KPSN sangat menghormati kepemimpinan Edi di PSSI. Saya yakin beliau orang yang taat azas. Dan secara pribadi saya mengajak Pak Edi menyelesaikan masalah ini secara bermartabat tanpa perlu mempermalukan satu dan lainnya,” tuturnya.
Suhendra menambahkan, tidak ada niat KPSN selain berjuang untuk prestasi sepak bola menjadi lebih baik sesuai nawacita Presiden Joko Widodo.