TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Usai mundurnya Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum (Ketum) PSSI, muncul nama-nama yang dirasa pantas untuk memimpin PSSI seperti Basuki Tjahaja Purnama atau BTP alias Ahok, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Mahfud MD, sampai EricTohir.
Saat ini, kursi Ketum PSSI sedang lowong. tugas Ketum untuk sementara dijalankan Joko Driyono, Waketum PSSI.
Edy Rahmayadi menyerahkan tampuk kepemimpinan ke Wakil Ketua Umum Joko Driyono.
Selepas Edy meletakkan jabatannya, berbagai nama yang dirasa pas untuk membenahi induk olahraga sepak bola tertinggi di Tanah Air, bermunculan.
Mulai dari BTP, Cak Imin, Mahfud, juga Erick. Nama terakhir menjabat sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Selain TKN, Erick juga berstatus Ketua Komite Olimpiade Internasional (KOI). Posisi terakhir membuat eks Komite Eksekutif atau Exco PSSI, Brigjen TNI (Purn) Bernhard Limbong ragu Erick bakal fokus memimpin PSSI.
Limbong berharap Erick tak mau bila dicalonkan pemilik suara untuk menjabat sebagai Ketua Umum PSSI.
"Setelah Edy Rahmayadi mundur dari PSSI, ada pemilik suara, juga publik yang ingin Joko terus, ada yang ingin segera digelar Kongres Luar Biasa (KLB) untuk memilih Ketua Umum PSSI yang baru. Kemudian muncul berbagai nama-nama termasuk Erick Thohir,” kata Limbong, Kamis (31/1).
"Saya hormat ke beliau (Erick) tapi mengurus sepak bola Indonesia itu tak bisa dirangkap. Kalau dia kan Ketua KOI, jadi sama saja dengan Edy dong nantinya (yang menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara)," sambungnya.
Lebih lanjut Limbong mengaku bangga Erick sempat berkecimpung di sepak bola internasional. Erick pernah memiliki klub peserta Liga Italia Serie A, Inter Milan yang kemudian seluruh sahamnya dilepas baru-baru ini.
"Menurut saya, beliau masih diperlukan di tempat lain, bukan di PSSI,” kata Limbong yang pernah menjabat sebagai Ketua Komisi Disiplin PSSI.
Bola di Indonesia berbeda penangannya dengan bola internasional." Disini lebih ruwet orang bola saja tidak bisa mengurusi PSSI apalagi orang yang tidak punya pengalaman di sepakbola," jelasnya.
Lantas kriteria seperti apa yang masuk hitungan Limbong? “Yang terpenting pemimpin PSSI ke depan harus terbebas dari politik, independen, dan kalau mau jadi pengurus jangan cari makannya di PSSI,” tegasnya.
Bila menyambi cari uang lewat PSSI, lanjut Limbong, bakal muncul pengurus yang terlibat kasus pengaturan skor seperti yang terjadi saat ini.
Menurut dia, pengurus yang sekarang harus dirombak total banyak yang tidak jelas latar belakangnya.Tidak sedikit yang cari makan di PSSI." Mereka mereka inilah yang harus di berangus," ulasnya.
Soal KLB, Limbong menyarankan agar dilakukan selepas Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, 17 April mendatang.
“Kalau saya, KLB mesti dilakukan setelah Pilpres. Utamakan dulu kepentingan Pilpres. Dari sekarang harus dibuat kriteria, calon Exco kualitasnya harus jelas, rangkap jabatan tidak boleh,” ucapnya. Wur