TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Arema FC menilai krisis kepercayaan masyarakat terhadap PSSI karena kasus pengaturan skor merupakan momentum untuk memperbaiki tata kelola sepakbola Indonesia secara menyeluruh.
Skandal pengaturan skor membuat kondisi sepakbola kini menjadi tidak menentu. Beragam dinamika di level elite PSSI membuat Arema meminta para stakeholder sepakbola Indonesia bersatu.
"Kami semua sepakat, Arema itu kebanggaan. Yang berjuang bersama serta menjaga eksistensi bukan juga manajemen, tetapi juga suporter," ungkap Media Officer Arema, Sudarmadji.
Sudarmadji tidak menampik kalau dugaan pengaturan skor juga mengarah ke Arema.
Namun dia meminta semua pihak berpikiran jernih memandang persoalan pengaturan skor.
"Situasi sekarang memungkinkan siapapun melakukan dugaan-dugaan di laga masa lalu. Problem sepakbola Indonesia adalah sportivitas," ujar Sudarmadji.
Beragam acara diskusi bertema pengaturan skor membuat Sudarmadji menaruh harapan besar, acara ini menjadi sarana untuk saling bertukar pikiran bukan menjadi arena untuk mencari-cari kesalahan serta saling menjatuhkan
"Kami ingin para pengelola klub diajak berdiskusi bagaimana susah payah kami menghidupi klub. Karena itu, tuduhan-tuduhan (skandal pengaturan skor) itu menyakitkan; seperti menampik perjuangan dan jerih payah Arema secara keseluruhan," ujar Sudarmadji.
Manajemen Singo Edan sendiri mengaku cemas dengan kondisi sekarang di mana banyak pihak saling tuding telah melakukan pengaturan skor. Tuduhan ini justru semakin mengikis sportivitas dan semakin menimbulkan kecurigaan
"PR buat bersama. Kami optimis tuduhan untuk kami datang dari suara ketidakpuasan terhadap hasil pertandingan. Semoga semua berpikiran dewasa," tutur Sudarmadji.
Dia meminta kepada seluruh pihak agar menjadikan sepakbola sebagai alat pemersatu bangsa, bukan untuk memecah belah.
"Seperti tujuan pertama PSSI, untuk menyatukan bangsa dengan sepakbola."