Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ayah Sani Rizki Fauzi, Edi Riadi menceritakan bagaimana Sani mengenal bola dan hingga saat ini Sani bisa menjadi pesepakbola profesional, personel Timans U-22 dan anggota kepolisian – yang berawal juga dari sepakbola.
Sani kecil terlihat berbeda dengan teman sebayanya. Usianya baru dua tahun tapi Sani sudah akrab dengan bola. Hingga tidur pun Sani tak lepas dari sikulit bundar.
“Jadi begini, sejak usia dua tahun sudah ketahuan ada ciri khasnya, waktu itu saya punya uang 30 ribu, saya belikan mainan robot-robotan, tidak dimainkan. Tapi kalau dikasih bola dia mau, bahkan sampai tidur bolanya tetap tidak lepas,” kata Edi setelah menyaksikan putranya mendapat penghargaan dari Komandan Satuan Brimob Polda Metro Jaya di Kwitang, Jakarta Pusat, Jumat (1/3/2019).
Edi juga bercerita bahwa sebenarnya Sani punya keturunan menjadi pesepakbola. Bukan dari dia, melainkan dari Ibundanya, Ida yang dahulunya merupakan pemain sepakbola wanita bahkan pernah mengikuti kompetisi Galanita yang kala itu dibintangi oleh Muthia Datau – salah satu legenda sepakbola wanita Indonesia.
Sementara itu, Edi membeberkan kalau dirinya juga mempunyai bakat olahraga yakni tinju.
“Kalo saya emang di bola tidak cocok. Karena saya emosian. Kalo saya cita-citanya mau jadi petinju, pas zaman Elias Pical dulu,” ujarn Edi.
“Kalau untuk sepak bola 100 persen Sani keturunan dari ibu dan kakeknya. Nah, kalau watak emosian saya itu nurun ke kakaknya. Kakaknya juga sempet di bola, tapi ya tidak seperti Sani lah. Sani kan emang semangatnya kalo di bola mantap banget,” sambungnya.