Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Manajer Timnas U-22, AKBP Sumardji turut menceritakan bagaimana dirinya membimbing para pemain Timnas U-22 lebih khusus Sani Rizki Fauzi yang merupakan seorang anggota Polri.
Menurut Sumardji, bakat Sani memang sudah terlihat saat bermain di Bhayangkara FC, kebetulan di tim berjuluk The Guardian itu Sumardi menjabat sebagai Manajer.
“Saya sudah tahu karaker dan kualitas Sani selama di Bhayangkara FC. Waktu itu coach Simon (McMenemy) bilang ke saya kalau Sani pemain bagus dan punya hoki yang besar,” kata Sumardji saat menghadiri jumpa pers pemberian penghargaan kepada Sani Rizki di Makosat Brimob Polda Metro Jaya, Kwitang, Jakarta Pusat, Jumat (1/3/2019).
Dan dari situ, Sumardji terbesit untuk mengorbitkan Sani.
Benar saja, Sani yang baru dimaikan di pertandingan ketiga kontra Kamboja, langsung mencuri perhatian Indra Sjafri.
Puncaknya, pada laga final pemuda kelahiran Sukabumi 21 silam itu mampu menyumbangkan sebuah gol.
“Alhamdulillah saya merasa terharu atas kegiatan hari ini. Di mana saya bersama-sama dengan coach Indra Sjafri dari awal memang ingin mencoba mengorbitkan bintang sepakbola yang berlatar belakang dari Polri,” kata Sumardji kepada Tribunnews.
“Alhamdulillah saya berikan kepercayaan penuh kepada Sani. Ketika dia berlatih dengan dispilin, terlebih dia secara khusus bersama-sama dengan coach dan ofisial saya berikan tanggung jawab penuh untuk debut pertamanya ketika lawan kamboja, dan kami tergeleng-gelang kepala melihat kesungguhan, melihat keberanian Sani dari menit awal hingga akhir tak kenal lelah,” jelasnya.
Ketika mensuport Sani, Sumardji ternyata punya cara tersendiri. Sumardji selalu mengatakan kepada Sani agar selalu ingat orang tua ketika berlatih dan bertanding.
Menurut Sumardji cara itu lah yang membuat Sani tampil maksimal di setiap pertandingan.
“Saya berulang kali saya sampaikan kepada Sani, kamu lupakan namanya capek, selalu kamu inget wajah saya, selalu kamu ingat orang tua kamu, kalau kamu capek kamu ingat wajah saya yang selalu teriak-teriak di bench,” katanya.
“ Alhamdulillah Sani dapat chemistry-nya. apa yang saya sampaikan memang tugas saya sebagai manajer,panglima di lapangan. Ketika berlatih maupun kita melaksanakan pertandingan, yakni betul-betul saya memainkan peran yang baik, ibaratnya jadi produser yang tepat, jangan sampai salah arahan,” katanya.