TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Pemain Persebaya Surabaya, Elisa Basna, angkat bicara terkait aksi kasarnya saat laga ketiga Liga 1 2019 melawan PSIS Semarang di Stadion Gelora Bung Tomo, Kamis (30/5/2019).
Adik dari Yanto Basna itu terekam kamera telah melepas injakan ke arah perut Fredyan Wahyu dan menerima hukuman kartu kuning dari wasit.
Terkait hal tersebut, Elisa Basna mengaku menyesal telah melakukan aksi kasar kepada Fredyan Wahyu.
"Saya pribadi merasa bersalah dan dia memberi respons baik untuk maafkan saya," kata Elisa Basna usai latihan di Lapangan Polda Jatim, Surabaya, Selasa (11/6/2019).
Elisa Basna menceritakan kondisi laga saat itu memang cukup ketat karena Persebaya dalam kondisi imbang 1-1 dan sedang memburu kemenangan.
Meski begitu ia sudah meminta maaf kepada Fredyan setelah pertandingan pekan ketiga itu berakhir.
"Situasi di lapangan kita sedang cari menang. Tapi saya langsung telepon dia buat minta maaf. Mau ke hotelnya tapi keburu balik ke Semarang," ujar Elisa menambahkan.
Peran Baru Rachmat Irianto
Rachmat Irianto (Rian), bek muda Persebaya bermain di posisi baru bersama timnas Indonesia U-23 asuhan Indra Sjafri saat hadapi Filipina.
Pada laga perebutan juara 3 Piala Merlion Cup di Stadion Jalan Besar, Singapura, Minggu (9/6/2019) kemarin itu, Rian tampak tidak canggung bermain di posisi barunya sebagai gelandang bertahan.
Bahkan, pada laga yang berkesudahan dengan kemenangan Indonesia U-23 5-0 tersebut, Rian bermain penuh sepanjang 90 menit.
Sukses menjalankan peran baru, pelatih Persebaya Djadjang Nurdjaman akan mempertimbangkan memainkan Rian sebagai gelandang.
Namun, mantan pelatih Persib itu mengaku akan tarus menganalisis secara mendalam penampilan Rian dari video pertandingan laga tersebut.
“Tidak menutup kemungkinan (mainkan Rian sebagai gelandang), nanti kami pelajari lagi, kami lihat lagi video (pertandingan)nya, kami lihat penampilan Rian seperti apa di gelandang bertahan,” terang Djanur seusai mempimpin latihan tim, Senin (10/6/2019).
Meski gelaran Merlian Cup 2019 sudah usai. Rian masih tetap bergabung dengan Timnas U-23 dalam persiapan uji coba dengan Bali United pada 15 Juni nanti.
Tak hanya Rian, Osvaldo Haay, sayap muda Persebaya juga ikut serta, meskipun saat gelaran Merlian Cup pemain asal Papua itu tidak diikut sertakan ke Singapura.
“Rian lanjut lawan Bali United, hari ini dia sudah berangkat ke Bali, main tanggal 15 nanti, 16 Juni baru gabung dengan kami. Rian bersama Osvaldo (Haay),” kata pelatih 60 tahun tersebut.
Nasib Djadjang Nurdjaman di Ujung Tanduk
Posisi Djadjang Nurdjaman sebagai pelatih Persebaya Surabaya sedang berada di ujung tanduk dan bisa saja berujung pemecatan.
Manajemen Persebaya Surabaya memberi teguran keras kepada tim pelatih setelah ditahan imbang 1-1 PSIS di Stadion Gelora Bung Tomo, Kamis (30/5/2019).
Manajer tim Persebaya Surabaya, Candra Wahyudi mengatakan, manajemen segera melakuka evaluasi terhadap kinerja pelatih Djajang Nurdjaman dan staf pelatihnya. Hasil dari evaluasi tim pelatih akan segera diumumkan sebelum laga Persebaya vs Barito Putera pada (15/6/2019).
Bahkan, Candra Wahyudi menyebut, hasil evaluasi bisa lebih cepat yakni setelah Lebaran 2019.
"Sebelum lawan Barito, kalau bisa setelah lebaran," beber Candra Wahyudi,usai laga Persebaya Surabaya vs PSIS Semarang.
Kinerja Dajang Nurdjaman di Persebaya Surabaya mulai dipertanyakan dan mendapat sorotan tajam manajemen dan Bonek (suporter Persebaya Surabaya).
Djadjang Nurdjaman gagal mengantarkan Persebaya Surabaya meraih kemenangan dalam tiga laga di Liga 1 2019.
Dari tiga laga tersebut, Persebaya kalah 1-2 dari tuan rumah Bali United, serta ditahan imbang 1-1 oleh Kalteng Putra dan PSIS di kandang.
Candra Wahyudi mengaku sudah memberikan lampu kuning kepada tim pelatih sejak pekan lalu.
Bahkan ia menyebut hasil imbang kedua ini sudah lebih dari lampu kuning, artinya bisa fatal untuk pelatih yang akrab disapa Djanur itu.
"Setelah lawan Kalteng sudah kita berikan lampu kuning kepada tim pelatih. Segera kita putuskan, ini harusnya lebih dari lampu kuning," kata Candra Wahyudi.
Candra Wahyudi menuturkan, alasan mengavaluasi tim pelatih karena melakukan kesalahan mendasar di dua laga kandang yang berujung imbang.
"Yang menyesakkan ada kesalahan terulang saat pemain kami keluar, kemudian proses pengambilan keputusan sangat lambat, sehingga ketika di lapangan adalah 10 vs 11 dan terjadi gol," cetus pria asal Bojonegoro ini.
Djadjang Nurdjaman sendiri hanya bisa pasrah pada sikap manajemen Persebaya Surabaya. Ia menyerahkan nasibnya kepada manajemen dan suporter.
"Saya serahkan sepenuhnya kepada manajemen dan Bonek," kata Djanur usai ditahan imbang untuk kedua kalinya di laga kandang.