Derby Mataram Berakhir Ricuh, Begini Fakta Kejadiannya Hingga Tanggapan Sri Sultan HB X
TRIBUNNEWS.COM - Laga bertajuk Derby Mataram yang mempertemukan antara PSIM Yogyakarta menghadapi Persis Solo dalam laga pamungkas Liga 2 2019 wilayah timur harus berakhir dengan kericuhan, Senin (22/10/2019).
Persis Solo yang bertindak sebagai tim tamu berhasil meraih kemenangan atas PSIM dengan skor tipis 2-3 dalam laga yang berlangsung di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta.
Walaupun demikian, baik Persis maupun PSIM gagal melaju ke babak 8 besar setelah keduanya tidak mampu finish di empat besar diklasemen akhir wilayahnya masing-masing.
Baca: Wartawan Kena Pukul di Laga PSIM Yogyakarta vs Persis Solo, AJI Yogyakarta Desak Polisi Usut Tuntas
Baca: Jurnalis Goal Indonesia Diintimidasi Pemain PSIM di Laga PSIM vs Persis, Jurnalis Solo Prihatin
Hal ini dikarenakan kemenangan Martapura FC atas PSBS Biak di laga lain memupuskan asa keduanya guna lolos ke babak 8 besar.
Lantaran berstatus penentuan, laga PSIM melawan Persis memang sejak awal berlangsung dalam tensi tinggi dan puncaknya jelang laga berakhir terjadi kerusuhan.
Seperti dilansir Tribun Jogja, kericuhan pecah pada saat penghujung babak kedua.
Kericuhan terjadi diduga karena ada oknum suporter PSIM yang tidak terima karena pemain Persis Solo mengulur-ulur waktu jelang pertandingan berakhir.
Kerusuhan juga merembet hingga luar stadion alhasil sejumlah kendaraan dirusak massa.
Dikutip Tribunnews dari Tribun Jogja, berikut sejumlah fakta kejadian kerusuhan yang terjadi di Derby Mataram kemarin, Senin (21/10/2019):
1. Kronologi Kerusuhan
Kerusuhan supporter dalam laga antara PSIM Yogyakarta melawan Persis Solo memuncak di ujung babak kedua, hal ini diduga karena ada oknum supporter yang tidak terima pemain tim tamu mengulur waktu jelang laga berakhir.
Mengingat tim tuan rumah saat itu masih tertinggal 2-3 atas Persis Solo, lalu ada oknum supporter masuk ke stadion dan langsung mengejar pemain tim tamu.
Laga pun terpaksa dihentikan mengingat suasana sudah tidak kondusif, para pemain langsung dievakuasi ke tempat yang lebih aman oleh pihak keamanan.
Kericuhan yang sudah tidak terkendali memaksa aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau para supporter keluar dari lapangan.
Setelah dipaksa bubar, justru kericuhan makin melebar keluar stadion, keadaaan pun semakin tak terkendali.
Beberapa kendaraan baik sepeda motor pribadi maupun mobil keamanan diluar stadion menjadi sasaran amukan massa.
2. Pemain Persis Solo Dievakuasi Baracuda oleh Pihak Keamanan
Pihak kepolisian terpaksa melakukan pengamanan khusus terhadap para pemain Persis Solo dengan menggunakan Baracuda saat meninggalkan Stadion Mandala Krida, Yogyakarta.
Total dua unit rantis Baracuda yang digunakan untuk mengawal pemain tim tamu keluar dari stadion serta dikawal satu unit kendaraan Brimob Polda DIY.
Selain itu, dua unit mobil polisi bahkan harus mengalami kerusakan parah setelah menjadi sasaran amukan massa usai laga bertajuk Derby Mataram tersebut.
3. Petugas Pemadam Kebakaran Dihajar
Seorang petugas pemadam kebakaran yang enggan disebutkan namanya memberikan kesaksikan keberingasan massa.
Ia melihat sendiri massa mengamuk dan merusak mobil polisi yang terparkir.
"Itu bahkan ada yang mobil terbakar, ada juga yang dijungkir balikkan," tuturnya.
Menurut keterangannya, saat memadamkan mobil polisi yang terbakar, petugas pemadam kebakaran bahkan sempat ikut jadi korban amuk massa.
"Kita dipukuli dan dilempar batu, mobil pemadam juga jadi sasaran sampai kacanya pecah. Ini tadi ada petugas perempuan alami luka di dagu namun saat ini sudah di evakuasi," tuturnya.
4. Dua Mobil Polisi Rusak
Pertandingan PSIM Yogyakarta kontra tamunya Persis Solo pada lanjutan Liga 2 2019 di Stadion Mandala Krida, Senin (21/10/2019) berakhir ricuh.
Situasi panas di lapangan yang berakhir kekalahan untuk tuan rumah dengan skor 2-3 ini ternyata juga memancing emosi penonton di tribun.
Banyak penonton lantas terpancing untuk turun ke lapangan hingga kericuhan pun tak terhindarkan.
Aparat kepolisian mencoba menghalau kericuhan dengan menembakkan gas air mata agar para suporter keluar lapangan.
Kericuhan ternyata berlanjut di luar stadion. Hingga mobil dinas polisi yang ada di luar stadion menjadi sasaran.
Dua mobil dinas polisi mengalami rusak berat, satu mobil dinas di antaranya terbakar.
Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Armaini mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih menginventarisasi kerusakan yang terjadi.
"Lagi kita hitung. Ada truk yang dipecahin, tapi yang paling mencolok ini (mobil dinas polisi) rusak berat, kerusakannya 100 persen. Lagi kita inventarisir," ujarnya.
5. Tas Kapolresta Yogyakarta Dijarah
Kericuhan pada laga PSIM Yogyakarta Vs Persis Solo juga menyebabkan tas milik Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Armaini raib dijarah massa.
Tas milik Kapolresta tersebut sebelumnya tersimpan di dalam mobil dinas yang ikut di rusak oleh massa pada peristiwa kerusuhan yang terjadi pada laga pamungkas Liga 2 2019 wilayah Timur tersebut.
"Ada juga tu barang-barang kita yang dicuri sama oknum suporter. Tas saya hilang tu. Tapi tidak ada barang-barang seperti senjata api," ujar Kapolresta kepada awak media di Stadion Mandala Krida.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono XI bahkan sampai mengutuk keras insiden kericuhan yang terjadi di wilayah kekuasaannya.
Sri Sultan HB X mengaku sangat prihatin dengan para oknum supporter yang membuat kerusuhan dalam laga pamungkas Liga 2 2019 wilayah timur tersebut.
"Saya sangat prihatin. Saya nggak ngerti, kenapa jadi orang yang beringas. Katanya orang Jogja ini berbudi luhur, tapi kenapa keluarnya kekerasan?," sesal Sri Sultan Hamengku Buwono X, Selasa (22/10/2019) sebagaimana dilansir melalui Tribun Jogja.
Bahkan ia mengancam akan tidak mengizinkan pertandingan sepak bola di gelar di Yogyakarta usai mendapatkan penjelasan kerusuhan laga tersebut.
Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan andai kekerasan ini terus terulang, lebih baik tidak ada izin untuk penyelenggaraan pertandingan sepak bola.
"Kalau seperti ini, bukan sepak bola yang kita tonton, tapi pertunjukan kekerasan-kekerasan yang kita tonton, ya lebih baik tidak usah ada sepak bola saja di Jogja, karena hanya akan membangun orang tidak beradab," tambah Ngarsa Dalem.
"Kalau seperti ini bukan nonton sepak bola tapi kekerasan seperti ini, nggak usah ada izin aja," kata Sri Sultan.
"Saya nggak bisa katakan melarang, tapi kan pertandingan sepak bola itu jadi tidak bermanfaat karena hanya menelurkan orang-orang yang tidak beradab," pungkasnya.
Baca: Pertadingan PSIM vs Persis Ricuh, Pasoepati Ingin Kawal Bus Pemain Sampai Solo
Baca: BREAKING NEWS: Laga PSIM Yogyakarta Vs Persis Solo Berakhir Ricuh, Skor 2-3
(Tribunnews/Dwi Setiawan/TribunJogja)