"Kita sebagai orang tua waktu itu hanya bisa mendukung apa yang dicita-citakan anak," ucap Erwin.
Bagi Erwin, memotivasi anak adalah kewajiban orangtua. Dan sepak bola adalah pilihan Alfin, menurutnya.
Saat usianya masih di bawah 12 tahun, Alfin tak hanya bermain di Ambon, melainkan telah menginjakkan kai di Surabaya.
Hingga akhirnya tawaran dari eks punggawa timnas Khairil Anwar untuk mengajaknya bergabung ke Sekolah Sepakbola Ragunan.
Erwin saat itu bercerita, tawaran itu mengkhawatirkan dirinya terhadap kelanjutan sekolah Alfin.
"Kan Erwin masih sekolah di MTs. Gimana nanti nasib sekolahnya kalau pindah ke sana? Siapa yang akan biayai? Saya tidak mau Alfin putus sekolah," ujar Erwin bercerita.
Dan akhirnya Alfin pun memilih untuk tetap tinggal di kampung halamannya, Tulehu.
Sebagai bapak, Erwin selalu memikirkan pendidikan anaknya. Main bola jalan terus tetapi pendidikan tidak boleh ditinggalkan.
"Saya selalu bilang ke Alfin kalau main bola ya main bola. Tapi kalau kami memilih main bola, pendidikan tidak boleh ditinggalkan," ungkapnya.
Lebih lanjutnya, Erwin juga menanamkan motivasi kepada Alfin.
Menurutnya, kerja keras adalah modal utama kita untuk meraih keberhasilan. Keberhasilan bisa diraih lewat pendidikan dan prestasi sepak bola.
Selamat jalan Alfin. Perjuangan dan Semangatmu menjadi motivasi bagi kami.
(Tribunnews.com/Giri/Sina/SahabatKeluargaKemendikbud/Dhoni Nurcahyo)