News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sepak Bola

Sejarah Sepak Bola: Derby Della Capitale, Roma vs Lazio Layaknya Romantisme Romulus dan Remus

Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Gigih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejarah Sepak Bola: Derby Della Capitale, Roma vs Lazio Layaknya Romantisme Romulus dan Remus

Rivalitas Derby Della Capitale  ibaratkan permusuhan legenda kota Roma, Romulus dan Remus

TRIBUNNEWS.COM - Rivalitas dari sebuah sepakbola tidak bisa dihindarkan, termasuk sebuah derbi, Minggu (3/11/2019).

Bahkan kecintaan terhadap suatu tim kesayangan melebihi apapun.

Dilansir dari These Football Time, Patrizio Cacciari yag merupakan seorang jurnalis dan penulis menyatakan bahwa logo lambang di depan suatu tim ialah nomor satu dibanding istrinya.

"Bahkan istriku tahu aku lebih mencintai Roma daripada dia" jelas Patrizio Cacciari.

Federico yang merupakan pendukung dari Serigala Ibu kota menyatakan tidak ada kata Elang Ibukota, tidak ada klub Lazio, AS Roma satu satunya.

“Tidak ada gunanya membandingkan Roma dan Lazio. Hanya ada Roma," jelas Federico, salah satu pendukung Roma.

Begitulah salah satu bentuk ungkapan panasnya Derby Della Capitale.

Derby Della Capitale jika dipandang dari segi speakbola merupakan laga antara tim sekota antara Lazio melawan AS Roma.

Roma adalah adalah pusat budaya, perdagangan, keindahan, dan sejarah, namun semua akan bersatu dalam stadion yang Luar biasa, Olimpico Stadium.

Stadion Olimpico merupakan kandang serta rumah bagi kedua tim, AS Roma dan Lazio.

Sudah menjadi hal yang biasa di Italia jika sifat kedaerahan lebih membuat orang bangga dibanding sebagai bangsanya sendiri.

Hal tersebut juga diamini oleh Franco Spiciariello, seorang penulis olahraga di Kota Roma.

Dikutip dari Detik Sport,  ia menjelaskan Italia bukanlah negara yang bersatu seperti Amerika Serikat.

“Italia bukanlah negara bersatu seperti Amerika Serikat. Orang-orang di sini lebih menganggap diri mereka sebagai Roman, Tuscan, atau Sisilia, dibanding menganggap diri mereka sebagai warga negara Italia,” jelasnya.

Rivalitas AS Roma dan Lazio dapat dianomalikan seperti Romulus dan Remus, yaitu dibunuh dan membunuh, dikalahkan dan mengalahkan,

Romulus dan Remus merupakan legenda yang diyakini sebagai pendiri kota Roma.

Kedua saudara itu berselisih demi mendapatkan kekuasaan yang utuh, tidak heran jika keduanya melakukan tindak pembunuhan.

Pucaknya ketika Romulus membunuh Remus dan berlanjut pada cerita Roma sebagai kekaisaran yang abadi, maka sampai sekarang Roma memiliki julukan Eternal City yang berarti Kota Abadi.

Sejarah Rivalitas

Sejarah kedua tim dimulai dengan kebencian klub klub daerah selatan terhadap tim tim yang mendominasi sepakbola Italia.

Klub klub tersebut berbasiskan di daeah Utara seperti AC Milan, Internazionale Milan dan Juventus

Hal itu yang membuat salah satu tokoh fasisme dunia, yaitu Benito Musollini, ingin menyatukan kesebelasan sepakbola berbasis di Kota Roma pada 1927.

Tujuannya agar menyeimbangkan sepakbola di Italia agar tidak hanya didominasi kawasan utara saja.

Tapi karena pengaruh jenderal fasis bernama Giorgio Vaccaro, cuma Lazio yang menolak bergabung dengan kesebelasan lain, yaitu Fortitudo-Pro Roma SGS, Roman FC dan SS Alba-Audace pada musim panas 1927 untuk menjadi AS Roma.

Wajar karena gengsi Lazio sebagai identitas kaum borjuis pada zaman itu yang menjadi perlawanan Roma dan pendukungnya sebagai basis proletar.

Penolakan Lazio untuk bergabung itulah yang menjadi segala sumber permusuhan abadi mereka dengan Roma.

Lazio yang menolak bergabung sehingga menjadi klub sepakbola paling tua di Roma, mereka mengklaim sebagai roman sejati karena berdiri pada 1900 dan merger baru dilakukan 27 tahun kemudian.

Sementara pendukung Roma keukeuh menganggap Lazio bukanlah klub sepakbola asil dari Kota Roma karena rivalnya itu sejatinya berasal dari luar kota tersebut.

Anggapan itu bisa tercermin melalui bagian terbesar pendukung Lazio adalah pendatang dari kawasan utara di daerah Parioli, Prati, Flaminio, Cassia dan Monte Mario yang cukup jauh melengkungi Kota Roma.

Maka dari itu pendukung Roma sering menyinggung pendukung Lazio adalah penduduk pinggiran kota yang borjuis.

Rivalitas semakin memanas ketika Lazio mengaku sebagai tim tertua yang pertama kali terbentuk di Roma.

Sedangkan AS Roma selalu menganggap bahwa Lazio merupakan tim yang bersal dari luar Roma.

Singgungan antara Lazio dan Roma merupakan suatu pelampiasan dan pembuktian.

Derby berfungsi sebagai sarana pertunjukan secara de facto siapa yang palig berhak sebagai penguasa di kawasan Ibukota.

Tidak hanya pengakuan siapakah yang pantas menguasai Roma, derby ini merupakan ajang pembuktian ke seluruh negri siapakah yang pantas mewakili kota Roma.

Tensi kedua tim semakin memanas setelah Roma dan Lazio menempati markas yang sama di tahun 1953, yaitu Stadion Olimpico.

Sebelumnya Lazio mengguanakan Stadion Rondinella sebagai homebase mereka.

Adapun Roma  menggunakan Stadion yangberada di Motovelodromo Appio dan kemudian pindah ke Rione.

Dilansir dari The Guardian, mantan pelatih AS Rma, Rudi Garcia menyatakan Derby Della Capitale merupakan panggung kebencian dari suatu sepakbola.

“Derby ini tidak dimainkan, tapi harus dimenangkan,” ungkap pelatih asal Prancis tersebut.

Dlansi dari ESPN, Derby Della Capitale tidak selunak dengan Derby della Mole di Kota Turin atau Derby della Madonnina di Kota Milan.

Pada umunya pendukung tim sekaliber Milan, Inter Milan, serta Juventus memiliki basis suporter yang tersebar di pelosok Italia.

Namun berbeda denga Roma maupun Lazio yang memiliki pendirian yang kuat terhadap tim kecintaanya.

Derby Della Capitale adalah Roma vs Lazio, Romantisme yang tidak bisa dipisahkan bak legenda Romulus dan Remus.

(Tribunnews.com/Giri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini