TRIBUNNEWS.COM - Inter Milan menjadi penantang serius dalam perburuan gelar Scudetto Seriea musim 2019/2020,
Ditangani oleh Antonio Conte, Nerazzurri menjelma menjadi tim tangguh yang siap menggulingkan dominasi Juventus.
Namun jika di flash back ke belakang, Inter Milan di tahun 90-an merpakan tim besar yang berada di bayang bayang AC Milan maupun Juventus.
Terbukti mereka kesulitan meraih gelar Scudettonya yang ke 14 di tahun 199-an, paling tidak dalam satu dekade kala itu.
Dilansir dari laman These Football Times, tim biru hitam itu mampu meraih gelar juara Piala UEFA di tahun 1998 dengan mengalahkan Lazio 2-1.
Itu merupakan trofi pertama kalinya Nerazzurri sejak 1990.
Tidak bisa meraih gelar Serie A juga dalam kurun waktu 10 tahun pernah dialami Inter Milan di tahun 1940 hingga 1952.
Padahal di satu dekade tahun 1990an, Internazionale Milano diisi sederet pemain bintang.
Sebut saja Ronaldo, Recoba, Bergkamp, Klinsmann, Matthäus, Djorkaeff dan Roberto Carlos.
Namun sederet pemain apapan atas dunia gagal memberikan dampak yang signifikan pada Inter Milan.
Tetu saja hal tersebut menjadi tanda tanya, Inter Milan ang kesulitan menjadi jawara kala itu dengan sederet pemain bintang.
Jawabannya Ialah AC Milan.
Rival sekota inter Milan itu memiliki masa keemasan di awal tahun 1990-an.
Rossoneri mengubah dirinya menjadi salah satu klub tersukses dunia kala itu dengan raihan berbgai gelar.
Ditambah laga, AC Milan yang diawal tahun 1990-an masih dilatih pelatih kenamaan Arrigo Sacchi.
Pelatih legendaris AC Milan itu merubah cara bermain A Milan kala itu dengan sepak bola Italia yang banyak menerapkan sisi pertahanan.
Sacchi menekankan anak asuhnya bahwa sepak bola tidak hanya meraih kemenangan dan gelar juara.
Ia membuat penampian Rosssoneri atraktif dan layak dinikmati sebagai tontonan.
permainan menawan dan menyerang dengan menganut paham total-football membuat dirinya menjadi legenda keelatihan hingga saat ini.
Sacchi menegaskan bahwa dibanding timnya menang degan selisih gol tipis, ia lebih memilih timnya kemasukan empat hingga lima gol.
Namun dengan catatan, anak asuhnya harus mampu mencetak gol lebih dari jumlah tersebut.
Itulah mengapa permainan AC Milan saat ditangani oleh Sacchi enak untuk dinikmati.
Permainan terbuka dan membongkar pemahaman dari sepak bola Italia yang lebih suka bertahan kala itu.
Selain memiliki Sacchi, Rossoneri memiliki sedert pemain yang dapat dikatakan Los Galaticos-nya AC milan kala itu.
Sebut saja Paolo Maldini, Alessandro Costacurta dan Franco Baresi di lini pertahanan.
Di lini serang AC Milan memiliki trio Belanda pada diri Ruud Gullit , Frank Rijkaard dan Marco van Basten.
Dominasi AC Milan di awal tahun 1900-an membuat kilauan permainan inter Milan tertutup.
Disis lain, AC Milan memgang caatan tim terboros di Italia sejak ditangani oleh Silvio Berlusconi sejak tahn 1986.
Berlusconi memecahkan rekor transfer untuk menandatangani Gullit pada tahun 1987.
Ia kembali melakukannya di tahun 1992 dengan mendatangkan pemain sayap Gianluigi Lentini dari Torin dengan mahar 13 juta euro.
Investasi besar besaran yang dilakukan Berlusconi di era Sacchi diteruskan oleh Fabio Capell0 di tahun 1991.
Pelatih yang pernah menangani Timnas Inggris itu mencatatkan empat trofi Scedutto dari tahun 1992 hingga 1996.
AC Milan bahkan mampu meraih gelar Lga Champions di tahun 1994 dengan mengalahkan Barcelona.
Kala itu lini tengah Rossoneri ditempati oleh Zvonimir Boban dan Dejan Savicevic.
Iner Mian nampak kesulitn untuk menguatkan idetitasnya sebagai salah satu tim kuat di Serie A.
Salah stau tim penghalang lainnya ialah Juventus.
Tim yang berjuluk Si Nyonya Tua berhasil meraih gelar kompetisi tertinggiItalia pada tahun 1994/1995.
Hal itu berhasil dilakukan Juventus untuk menggoyang kekuasaan AC Milan di Liga Italia.
Inter Milan bukan tanpa usaha mengakhiri Hegemoni AC Milan dan Juventus kala itu.
Ditahun 1993, Nerazzurri behkan mendatangkan salah satu pemain dngan prospek yang menjanjikan dari Belanda.
Ialah Dennis Bergkamp.
Namun performanya yang belum berkembang di kultur seoak bola Italia, membuat dirinya kesulitan menemukan permainan terbaiknya.
Kelak ia berhasil menjadi salah satu emain yang bersinar bersama Arsenal.
Ditahun 1195, Inter Milan diakuisisi oleh pemilik baru, yaitu Massimo Moratti.
Ia mulai menerapkan apa yang dilakukan Berlusconi di AC Milan.
Belanja bear besaran dilakukan Moratti bersama Inter Milan dengan mendatangkan sejumlah pemain dengan prospek cerah seperti Roberto Carlos, Javier Zanetti, Paul Ince, Youri Djorkaeff, serta wonderkid Brazil yang memiliki julukan O Fenomeno, Adriano.
Namun hal yanag dilakukan Moratti tidak langsung instan seperti rival sekotanya AC Milan.
Juventus yang berhasil menggoyang dominasi AC Milan di tahun 1994/1995 justru berhasil melengserkan Rossoneri dari singgasana pucak Liga Italia.
Bianconerri berhasil meraih tiga gelar Serie A di tahun 1997, 1998 dan Liga Champions di tahun 1996.
Fakta penting lainnya yang membuat Inter Milan gagal menghapus dominasi Milan dan Juve ialah kesalahan dalam mengambil keputusan di sektor pemain.
Salah satu contoh ialah Bergkamp yang diangap pesepak bola menarik di abad itu gagal menunjukkan potensinya bersama tim biru hitam.
Selain itu, beberapa pemain lebih memilih hengkang dari Inter Milan seperti Bergkamp yang berpindah ke Arsenal dan Roberto Carlos ke Real Madrid.
Dapat dikatakan disatu dekade sejak tahun 1990-an merupakan periode buru bagi Inter MIlan.
Hegemoni AC Milan dan Juventus dibarengi kurang bisa memaksimalkan kemamuan pemain menjadi salah satu penyebab Inter mIlan kesulitan meraih gelar kala itu.
(Tribunnews.com/Giri)