Benar, Italia di era 90-an terkenal dengan pertahanan gemboknya.
Sacchi merubah anggapan tersebut dengan permainan terbuka dan menyerang yag ditunjukkan AC Milan.
Mereka secara terbuka melakukan itu karena di lini pertahanan Rossoneri memiliki sederet pemain bertahan nomor satu di daratan Eropa.
Sebut saja Paolo Maldini, Franco Baresi dan Costacurta yang menjadi benteng tangguh di lini belakang AC Milan.
Bersama trio Belanda, AC Milan mampu merengkuh empat Scudetto dan Super Copa Italia.
Belum lagi gelar Piala Champion musim 1986-1987 serta UEFA Super Cup tahun 1989 dan 1990.
Ditabah gelar Individu mampu diraih Marco Van Basten sebanyak tiga kali.
Ialah Ballon D'Or yang mambu Basten raih pada tahun 1988, 1989 dan 1992, serta dua Seria A Golden Boot musim 1989-1990 dan 1991 dan 1992.
Salah satu partai puncak yang mampu diraih oleh trio Belanda itu saat mengalahkan Steaua Bucharest dengan skor 4-0.
Kemenangan 4-0 diajang final Piala Eropa 1989 membuat Van Basten dan Ruud Gullit mencatak brace pada laga tersebut.
Tentu saja peran Frank Rijkaard tidak bisa dikesampingkan sebagai pemain yang berposisi sebagai gelandang bertahan.
Rijkaard melengkapi formasi trio Belanda yang menyarangkan gol ke gawang Real Madrid di babak semifinal Piala Eropa.
Peran Rijkaard mejadi vital di tahun 1990, tepatnya pada ajang Final Piala Eropa.
Rijkaard yang dimasa kepelatihannya pernah menukangi Barcelona itu menjadi pahlawan kemenangan AC Milan dengan lesakan golnya ke gawang Benfica.