News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

AC Milan

Sejarah Sepak Bola: Harmoni AC Milan Dengan Trio Belanda Era 90-an

Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejarak Sepak Bola: Harmoni AC Milan Dengan Trio Belanda Era 90-an

TRIBUNNNEWS.COM - AC Milan menjadi salah stau tim yang ditakuti klub klub Eropa saat ditangani oleh Arrigo Sacchi dan diperkuat oleh Trio Belanda, Rabu (20/11/2019).

Sebut saja Marco Van Basten, Ruud Gullit, serta Frank Rijkaard, merupkan tiga pemain Belanda yang melakukan ekspansi ke seluruh Italia dan daratan Eropa.

Terbukti trio Belanda itu mampu menghasilkan dua Piala Eropa serta dua Scudetto dalam kurun waktu lima tahun.

Marco Van Basten ialah pemain kelahiran Utrecht, Belanda, 31 Oktober 1964.

Sebelum bergabung dengan AC Milan, ia merupakan pemain klub raksasa Belanda, Ajax Amsterdam.

Saat berseragam Ajax, Van Basten muda mencatatkan 133 penampilan dan menyumbang 128 gol, catatan yang mentereng bagi seorang striker.

Ketajamannya membuat AC Milan yang telah dimiliki Silvio Berlusconi berhasil menggaetnya di tahun 1987.

Selama lima tahun berkiprah di Milan, Basten menorehkan 90 gol dari 147 penampilannya.

Ketajaman Marco Van Basten saat berseragam AC Milan juga membutuhkan pelayangan.

Benar, penyuplai umpan umpan yang memanjakan Van Basten ialah dari Ruud Gullit.

Pria kelahiran Amsterdam, 57 tahun silam itu merupakan pelayan dari Marco Van Basten selain Frank Rijkaard.

Gullit datang ke AC Milan berbarengan dengan Basten, ialah pada tahun 1987.

Di Rossoneri, Gullit hanya berkiprah selama enam tahun sebelum ia akhirnya memutuskan untuk hengkang ke Sampdoria di tahun 1993.

Saat berseragam AC Milan, Ruud Gullit mencatatkan 117 penampilan dan mengoleksi 35 poin.

Catatan cukup impresif bagi pemain yang bisa bermain di posisi penyerang maupun gelandang itu.

Sedangkan kepingan trio Belanda yang terakhir ialah Frank Rijkaard.

Pemain yang sempat bermain bagi Sporting CP itu didatangkan AC Milan pada tahun 1988.

Ia membela il Diavolo (AC Milan) selama lima tahun dan mencatatkan16 gol dari 142 penampilannya.

Dilansir dari These Football Times, Dapat dikatakan Gullit merupakan pemain yang berposisi sebagai playmaker.

Ia merupakan pemain yang kuat dilapangan tengah dengan visi bermain yang mengaggumkan.

Tentu saja kesuksesan AC Milan akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an mengantar mereka menjadi penguasa dan mendominasi Juventus mapun Inter Milan di Serie A.

Trio Belanda milik AC Milan masuk ke dalam nominasi peraih Ballon D'Or di tahun 1988.

Frank Rijkaard, Marco van Basten, Ruud Gullit (AC Milan) (ESSENTIALLYSPORTS.COM)

Hal tersebut wajar saja terjadi mengingat kemitraan dan permainan yang baik saat ketiganya berseragam AC Milan.

Penampilan ciamik Basten, Gullit, dan Rijkaard tidak hanya dipertontonkan saat membela AC Milan.

Permainan apik nan elegan khas total football membuat Belanda yang diperkuat Trio AC Milan kala itu mampu menjuarai Kejuaraan Eropa di Jerman Barat pada tahun 1988.

Menjadi dongeng saja jika penampilan ciamik AC Milan bersama Arrigo Sacchi hanya bergantung dengan pemain trio Belandanya itu.

Sacchi juga memadukan pemain kelas dunia di sektor pertahanan.

Kala dilatih Sacchi, AC Milan mendobrak paham sepak bola Italia yang mengagungkan sisi pertahanan menjadi suatu seni.

Benar, Italia di era 90-an terkenal dengan pertahanan gemboknya.

Sacchi merubah anggapan tersebut dengan permainan terbuka dan menyerang yag ditunjukkan AC Milan.

Mereka secara terbuka melakukan itu karena di lini pertahanan Rossoneri memiliki sederet pemain bertahan nomor satu di daratan Eropa.

Sebut saja Paolo Maldini,  Franco Baresi  dan Costacurta yang menjadi benteng tangguh di lini belakang AC Milan.

Bersama trio Belanda, AC Milan mampu merengkuh empat Scudetto dan Super Copa Italia.

Belum lagi gelar Piala Champion musim 1986-1987 serta UEFA Super Cup tahun 1989 dan 1990.

Ditabah gelar Individu mampu diraih Marco Van Basten sebanyak tiga kali.

Ialah Ballon D'Or yang mambu Basten raih pada tahun 1988, 1989 dan 1992, serta dua Seria A Golden Boot musim 1989-1990 dan 1991 dan 1992.

Salah satu partai puncak yang mampu diraih oleh trio Belanda itu saat mengalahkan Steaua Bucharest dengan skor 4-0.

Kemenangan 4-0 diajang final Piala Eropa 1989 membuat Van Basten dan Ruud Gullit mencatak brace pada laga tersebut.

Tentu saja peran Frank Rijkaard tidak bisa dikesampingkan sebagai pemain yang berposisi sebagai gelandang bertahan.

Rijkaard melengkapi formasi trio Belanda yang menyarangkan gol ke gawang Real Madrid di babak semifinal Piala Eropa.

Peran Rijkaard mejadi vital di tahun 1990, tepatnya pada ajang Final Piala Eropa.

Rijkaard yang dimasa kepelatihannya pernah menukangi Barcelona itu menjadi pahlawan kemenangan AC Milan dengan lesakan golnya ke gawang Benfica.

Kegemilangan AC Milan saat bersama trio Belanda dan Sacchi tidak terlepas dari pengaruh skema yang diusung sang pelatih.

Sacchi menerapkan duet jantung pertahanan yang diisi oleh Maldini dan Baresi kala itu.

Tepat didepannya, Rijkaard ditempatkan sebagai pemain yang bertugas memutus arus serangan lawan disamping permainan elegannya ketika membantu menyerang.

Sedangkan di lini serang, Sacchi memberikan kebebasan kepada Gullit dan Basten berkreasi untuk menciptakan peluang dan membawa kemenangan untuk Rossoneri.

Secara satu kesatuan dari trio Belanda itu, Rijkaard secara teknik bertanggung jawab memulai serangan dari AC Milan.

Kemudian Ruud Gullit yang berposisi sebagai playmaker memainkan perannya sebagai penarik perhatian pemain lawan.

Kemudian Van Basten muncul sebagai predator yang mampu melakukan penyelesaian apik nan ciamik di lini serang Rossoneri.

Kemitraan mereka adalah salah satu yang paling sukses dalam sejarah permainan, melihat bagaimana mereka menampilkan permainan yang menarik untuk klub dan negara.

 (Tribunnews.com/Giri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini