News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sejarah Sepak Bola

Sejarah Sepak Bola: Patah Hati dan Kekecewaan Ronaldo Bersama Inter Milan Musim 1997/1998

Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Wulan Kurnia Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejarah Sepak Bola: Patah Hati dan Kekecewaan Ronaldo Bersama Inter Milan Musim 1997/1998

TRIBUNNNEWS.COM - Ronaldo Luis Nazario de Lima atau akrab disapa Ronaldo merupakan satu di antara predator dalam kotak pinalti yang pernah dimiliki Inter Milan.

Dapat dikatakan Ronaldo merupakan pemain Playstation, bentuk dari suatu imajinasi gamers yang menjadi kenyataan.

Ronaldo merupakan sosok pemain yang menjadi idaman seluruh pecinta sepak bola maupun gamers.

El Fenomeno (Ronaldo) di era kejayaannya merupakan striker yang memiliki dribbling, akurasi, kecepatan serta body balance mengagumkan.

Pemain Brasil itu membuktikan kapasitasnya sebelum berbaju Inter Milan.

Ronaldo mengemas 47 gol dari 49 penampilan bersama Barceon serta 54 gol dari 57 pertandingan saat membela PSV Eindhoven.

Catatan yang sangat mengesankan bagi pemain yang waktu itu belum genap berusia 20 tahun.

DikutipTribunnews.com dari These Football Times, Ronaldo digaet Inter Milan ditujukan untuk menghentikan dominasi AC Milan di kancah Liga Italia, Serie A.

Di awal tahun 1990-an AC milan menjadi satu tim Italia yang memiliki pemain papan atas dunia hingga dijuluki The Dream Team.

Sebut saja Paolo Maldini, Costacurta, Nesta, hingga Franco Baresi, merupakan pemain bertahan jempolan yang dimiliki Rossoneri.

Sedangkan lapangan tengah tim yang dimiliki Sylvio Berlusconi itu menempatkan Zvonimir Boban dan Dejan Savicevic sebagai kreator.

Inter Milan dalam periode tersebut mengalami nirgelar.

Namun kondisi mulai berubah saat kedatangan Massimo Moratti ditahun 1995 yang tampil sebagai pemilik klub yang baru.

Beberapa pemain top dunia, seperti Paul Ince Youri Djorkaeff, Ivan Zamorano, Aron Winter, Nwankwo Kanu, Benoit Cauet dan Diego Simeone di datangkan oleh Moratti untuk bersaing dengan AC Milan di perebutan gelar Scudetto.

Tepatnya di tahun 1997, Ronaldo didatangkan dari Barcelona yang berstatus pemain muda andalan Inter Milan di kemudian hari.

Pasalnya pemain Brasil tersebut digaet dari Barca saat usinya baru 20 tahun.

Ronaldo merupakan bukti keberadaan Serie A kala itu menjadi satu-satunya liga domestik paling kompetitif.

Dilansir dari Transfermarkt, Ronaldo dimusim perdananya melesakkan 25 gol dari 32 penampilan.

Bahkan Ronaldo menjadi satu-satunya pemain yang diinstruksikan oleh Luigi Simoni (pelatih Inter Milan) agar tidak berada di lini pertahanan tim.

Ia ditempatkan sebagai ujung tombak penyerangan dengan memaksimalkan kecepatan, kekuatan dan agresifitasnya.

Ronaldo di musim perdananya bersama Inter Milan dapat beradaptasi dengan kultur sepak bola Italia.

Terbukti di tahun 1997, Ronaldo berhasil menyabet peghargaan Pemain Terbaik Dunia FIFA, serta mengalahkan rekannya di Inter, Roberto Carlos dan Dennis Bergkamp.

Frank Rijkaard, Marco van Basten, Ruud Gullit (AC Milan) (ESSENTIALLYSPORTS.COM)

Meskipun demikian, Ronaldo mengalami musim perdana di Inter Milan dengan kekecewaan.

Liga Italia musim 1997/1198 menjadi perburuan gelar Scudetto yang sengit antara Inter Milan dan Juventus.

Puncaknya, pertandingan big match tersaji antara Juventus vs Inter Milan yang berlangsung di Stadion Delle Alpi, Turin.

Nerazzurri yang hanya tertinggal satu poin dengan Juventus dipuncak klasemen berkesempatan untuk menggeser Bianconeri jika memenangkan pertandingan ataupun meraih hasil imbang.

Pertandingan bertajuk Derby D'Italia berlangsung dengan tensi tinggi.

Berbagai hiasan aksi diving maupun ketegangan memperindah jalannya duel sengit kala itu.

Diego Simeone yang menjadi kreator lini serang Nerazzurri ditempel ketat pergerakannya leh Edgar Davids, sedangkan Ronaldo beberapa kali harus ditempel dua pemain bertahan tuan rumah.

Juventus terlebih dahulu mampu unggul melalui aksi Alessandro DeL Piero menit ke-21.

Kekecewaan tidak terbendung manakala dirinya merasa dirugikan oleh keputusan Piero Ceccarini sebagai wasit kala itu.

Saat itu Inter Milan sedang melakukan serangan lewat tusukan Ivan Zamorano tetapi bisa dihalau Alessandro Birindelli.

Bola liar di kotak penalti pun berada di penguasaan Ronaldo yang memiliki sudut tembak yang bagus.

Hanya saja pergerakan Ronaldo dihalau oleh bek Juve, Mark Iuliano, sehingga pemain asal Brasil itu terjatuh.

Pemain Inter Milan sempat protes keras tetapi wasit memilih melanjutkan permainan.

Kekalahan 0-1 atas Juventus berimbas pada laga-laga selanjutnya Inter Milan yang menuai hasil kurang baik.

Juventus pada musim tersebut berhasil meraih gelar dengan memanfaatkan kekecewaan Ronaldo atas keputusan wasit.

Namun kejayaan Ronaldo seakan sirna dengan cepat saat berseragam Inter Milan.

Tepatnya di musim 1998/1999 Ronaldo mengalami cedera pecah tendon.

Kala itu ia sedang melangsugkan pertandingan melawan Lecce.

Musim tersebut, El Fenomeno hanya sanggup mengemas 15 gol dari 19 penampilan.

Cedera yang terus menderanya membuat Ronaldo muda kesulitan bentuk permainan terbaiknya bersama si biru hitam.

Perlalahan, ia mengalami depresi, kekecewaan serta keputusasaan akibat gagal mengembalikan performanya.

Kondisi tersebut membuat El Fenomeno dibuang Inter Milan ke Real Madrid di tahun 2002.

Selama memperkuat tim kota Madrid itu, El Fenomeno berhasil menemukan ketajamannya kembali.

Total, pemain Brasil itu mengemas 104 gol dari 177 penampilan bagi Real Madrid.

Ronaldo mengalami kekecewaan yang luar biasa di musim perdananya dengan Inter Milan.

Gelontoran gol demi gol yang dilesakkan Ronaldo muda bersama Inter Milan gagal membawa Nerazzurri juara Scudetto dimusim debutnya. (Tribunnews.com/Giri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini