News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sejarah Sepak Bola: Hakan Sukur, Raja Yang Gagal Taklukkan Liga Italia

Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejarah Sepak Bola: Hakan Sukur, Raja Yang Gagal Taklukkan Liga Italia

TRIBUNNEWS.COM - Hakan Sukur merupakan pemain yang lahir di kota Adapazari, Provinsi Sakarya, tepatnya 1 September 1971.

Ia berhasil mencatatkan sejarah sebagai pencetak gol tercepat di ajang Piala Dunia 2002, Sabtu (30/11/2019)

Kala itu, Turki bertanding melawan Korea Selatan.

Hakan Sukur hanya perlu memerlukan 11 detik untuk mencatatkan sejarah dan berhasil membawa Timnas Turki meraih medali perunggu.

Hakan Sukur muda memulai sepak bola profesionalnya bersama dengan klub Skaryasapor.

Kemudian ia melanjutkan petualangan sepak bolanya hingga ia berhasil memperkuat raksasa klub Liga Turki, Galatasaray.

Dilansir dari Transfermarkt, Hakan Sukur berhasil mencatatkan 517 penampilan dan  melesakkan 283 gol serta 110 assisst.

Dilansir dari These Football Themes, pendukung setia Galatasaray hingga kini memiliki sebutan bagi striker idamannya itu, yaitu Kral yang berarti raja.

Penampilan cemerlangnya di liga domestik Turki membuat dua klub raksasa Italia kala itu tertarik untuk menggunakan jasa Hakan Sukur.

Di tahun 1995 ia resmi berseragam Torino.

Meski merupakan salah satu klub Italia yang memiliki sejarah panjang, klub asal kota Turin ini belum pernah lagi menjadi kekuatan utama di Seri A.

Terakhir kali mereka juara adalah di musim 1975/1976.

Saat berseragam il Toro, Kral tidak bisa menunjukkan tajinya seperti yang ia lakukan bersama Galatasaray.

Hakan Sukur hanya mampu mengemas satu gol dari lima penampilan yang ia lakoni.

Penampilan yang tidak kunjung membaik membuatnya kembali ke Galatasaray di tahun itu juga.

Selain memiliki julukan Kral, ia memiliki julukan lainnya ketika berduet dengan Gheorghe Hagi dari Rumania.

Duet Hakan Sukur-Gheorhe Hagi membuat Galatsaray semakin menunjukkan eksistensi akan gelarnya, Avrupa Fatihi yang berarti penakluk Eropa.

Musim 1996/1997 kinerja Hakan Sukur-Gheorhe Hagi berhasil memberikan gelar Liga Super bagi Galatasaray selam empat tahun berturut turut.

Selain itu, Hakan Sukur berhasil mengawinkannya dengan Piala Turki di tahun 1999 dan 2000.

Serta kegemilangan Sukur berlanjut dengan berhasil menjadi pencetak gol terbanyak di tahun 1997, 1998, 1999.

Bahkan di musim 1996/1997 ia berhasil melesakkan 38 gol di liga dan membuatnya bersaing dengan Mario Jardel serta Ronaldo di perebutan sepatu emas Eropa.

Kegemilangan Kral berlanjut di Galatasaray saat raksasa Turki itu berhasil mengalahkan Arsenal di ajang UEFA.

Bak raksasa yang dibangunkan dari tidurnya, Hakan Sukur mendapatkan tawaran tim top dunia, Inter Milan.

Tepatnya di tahun 2000, Hakan Sukur resmi berseragam Nerazzurri.

Ia digaet oleh Inter Milan untuk menggantikan Ronaldo yang kala itu sering menderita cedera.

D Inter Milan, ia diduetkan dengan striker yang tidak kalah garangnya, Christian Vieri.

Alih alih dipercaya bisa menunjukkan kecermelangannya sama seperti di Galatasaray, Hakan Sukur justru tampil mengecewakan saat berseragam Inter.

Ia hanya mencetatkan 35 penampilan dan melesakkan enam gol.

Kral kembali mencoba mendapatkan julukannya kembali ketika berseragam AC Parma di tahun 2002.

Namun kenyataannya sang pemain hanya sanggup mengemas tiga gol dari 18 penampilan.

Julukan sang raja hanya disematkan kepada Hakan Sukur ketika membela Galatasaray.

Pun ketika Hakan Sukur mencoba persaingan ketatnya Liga Premier Inggris dengan bergabung Balckburn Rovers.

Ia hanya sanggup mengemas dua gol dari sembilan penampilan.

Sang raja gagal menaklukkan Eropa untuk membuktikan kapasitasnya sebagai predator ulung di dalam kotak pinalti.

Meskipun di level klub, Sukur kurang meyakinkan (kecuali Galatasaray), namun ia tetap menjadi andalan ketika membela timnas Turki.

Ia selama berbaju timnas Turki, 112 penampilan telah dibukukannnya dengan mengemas 51 gol.

Hakan Sukur selama 20 tahun berkarir di sepak bola, mencoba membuktikan julukan yang ia sandang dari pendukug Galatasaray.

Beberapa klub liga Eropa ia singgahi untuk menjadi seorang raja dan penakluk dunia.

Namun sayangnya, ia gagal memberikan dampak dan warna bagi seak bola liga liga elite Eropa layaknya di Italia bersama Inter dan Torino.

(Tribunnews.com/Giri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini