News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liga Italia

Sejarah Sepak Bola: Emiliano Mondonico, Kesetiaan Il Mundo Bersama Torino

Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejarah Sepak Bola: Emiliano Mondonico, Kesetiaan Il Mundo bersama Torino

TRIBUNNEWS.COM - Sepak bola tidak terlepas dari taktik dan strategi dalam setiap permainannya, Sabtu (14/12/2019).

Liga Italia merupakan salah satu kompetsi dimana banyak pelatih berbakat dengan menjunjung tinggi akademik dan kedisiplinan.

Filosofi dan karismatik sangat berpengaruh dalam memimpin dan mengendalikan suatu tim.

Di era 1990-an, Liga Italia memiliki pelatih dengan segudang prestasi dan kemampuan sebut saja, Arrigo Sacchi di AC Milan, Vujadin Boskov di Sampdoria, Marcello Lippi di Juventus dan, tentu saja, Zdenek Zeman di Foggia.

Emiliano Mondonico saat latih Atalanta ()

Salah satu pola permainan menyerang yang menarik dan ikonik dimiliki oleh Zeman, sehingga untuk menghormatinya, disebutlah Zemanlandia.

Kendati memiliki doktrin dan skema permainan yang menakjubkan melalui Zeman, Italia yang terkenal pertahanan yang rapat juga memiliki Emiliano Mundo.

Kemampun Emiliano Mondonico memang belum setara dengan Zdenek Zeman, namun kerja keras dan efisiensinya sangat berpengaruh dengan penampilan Torino musim tersebut.

Filosofi kepalatihan dan gaya bermain yag diusung oleh pelatih berjuluk Il Mundo tersebut memastikan statusnya salah satu legenda bagi publik Granata (Torino).

Ia merupakan pelatih yang jarang mengambil kursus (lisensi) kepelatihan seperti banyaknya pelatih kenamaan.

Perjalanannya di dunia sepak bola dimulai saat bergabung dengan klub Torino dan Atalanta.

Pandangan negatif banyak ditermia oleh Emiliano Mondonico sebagai sosok pemian yang indisipliner.

Mondonico merupakan pemain yang berbakat namun memiliki masalah dengan tempramennya.

Hal tersebut diungkapkan oleh mantan anak asuhnya, Gianluca Vialli.

Ia menyebut bahwa Il Mundo merupakan seorang yang jenius namun memiliki permasalahan dengan emosinya.

"Hari ini Anda mungkin menyebutnya jenius yang cacat, tetapi pada saat itu ia dikenal sebagai Cavallo Pazzo  (Kuda Gila)," ungkapnya, seperti yang dilansir dari These Football Times.

Pensiun di usai 32 tahun membuatnya sadar bahwa kualitas yang miliki begitu saja ia sia siakan.

Hal tersebut yang mendasari dirinya kemudian menjadi pelatih, untuk memastikan generasi berikutnya tidak mengulangi kesealahan yang ia lakukan.

Il Mondo memulai karir pelatih sepak bolanya bersama Cremonese.

Pemain yang lahir memang di Cremona tersebut sangatlah dihormati bagi seluruh pendukung Cremonese.

Ia mulai menanamkan pentingnya disiplin, taktik dan suatu organisasi dalam suatu permainan.

Selain itu Mondonico juga menyukai dengan teknik, bakat dan entertaint dalam dunia sepak bola.

Gianluca Vialli memuji bagaimana cara Mondnico melatih ia dan rekan rekannya kala itu.

"Meskipun kami adalah tim yang berlatih keras dan terorganisir, pelatih mengizinkan kami mengikuti naluri permainan yang kami miliki,"ungkapnya.

"Dengan demikian, kemampuan dan bakat kami terasah dengan baik," tambah Vialli.

Hasilnya, Grigiorossi (Cremonese) berhasil promosi ke Serie A untuk pertama kalinya sejak 57 tahun tim berdiri.

Keberhasilan sensaional yang Mondonico raih berhasil memikat mantan timnya, yaitu Atalanta untuk menggunakan jasanya.

Tepatnya di tahun 1987, La Dea yang baru saja terdegradasi ke Serie B meminta Il Mondo untuk mengembalikan Atalanta ke Serie A.

Emiliano Mondonico Torino ()

Ditahun 1990, tim tim besar Serie A melakukan sejumlah perombakan komposisi pemain.

Salah satunya kepindahan Roberto Baggio dari Fiorentina ke Juventus.

Perubahan kepemilikikan juga dilakukan Torino dengan menempatkan Gian Mauro Borsano sebagai pemilik klub yang berjuluk Il Toro tersebut.

Gebrakan pertamanya sebagai pemelik klub ialah menghentikan Eugenio Fascetti dan menggantikannya dengan Emiliano Mondonico di musim 1990/1991.

Torino erat kaitannya dengan dua sejarah yang mereka miliki, yaitu keagungan, penghormatan dan kegigihan il Grande Torino serta tragedi Superga.

Sebagai catatan, Grande Torino mampu menyabet gelar Serie A sebanyak tujuh kali, ialah di tahun 1928, 1944, 1945, 1946, 1947, 1948, dan 1976.

Wajar jika di diperiode tersebut pertandingan antara Juventus dan Grande Torino selalu berlangsung panas.

Mengingat dua timasal kota Turin tersebut menginginkan identitas yang kuat akan penguasa kota.

Mondonico merupakan pelatih yang menganut paham pertahanan yang kokoh dengan formasi 1-3-5-1.

Il Mondo dan Toro adalah pasangan yang sempurna pada periode tersebut.

(Tribunnews.com/Giri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini