TRIBUNNEWS.COM - Pemain Arsenal, Mesut Ozil membuat cuitan di akun sosial media pribadinya tentang Muslim Uighur tepatnya pada hari Jumat (13/12/2019).
Cuitan tersebut dibuat Ozil melalui akun media sosial milik pribadinya baik di twitter maupun instagram.
Mesut Ozil, mengkritik kebijakan China terkait minoritas Muslim Uighur di XinJiang.
Dikutip Tribunnews dari Sky News, pada hari Minggu pertandingan itu (Arsenal vs Man City) tidak akan disiarkan di CCTV 5 karena pernyataan Ozil telah "mengecewakan penggemar dan otoritas sepak bola yang memerintah".
Tayangan Arsenal kontra Manchester City dimulai pukul 4 sore waktu Inggris pada hari Minggu, sementara di China laga tersebut tayang pada hari Senin pagi dimana City memenangkan pertandingan 3-0.
Laga yang harusnya disiarkan oleh media TV China tersebut diganti dengan rekaman kemenangan 2-1 Tottenham atas Wolves.
Selain itu Cina merupakan pasar siaran luar negeri yang paling menguntungkan di Liga Premier, dengan hak terjual $ 700 juta (£ 525 juta) dalam siklus 2019-2022.
Sebelumnya, Ozil dalam sebuah postingan di media sosial mengkritik tindakan China kepada Muslim Uighur.
Pemain Timnas Jerman itu menyebut Muslim Uighur sebagai “pejuang yang menentang persekusi”.
“(Di China) Quran dibakar, masjid ditutup, sekolah teologi Islam-madrasah dilarang, cendikiawan dibunuh satu per satu."
"Terlepas dari itu semua, Muslim tetap diam,” tulis Ozil di medsosnya akhir pekan lalu (terjemahan dari Sky News)
Menanggapi cuitan Ozil, Arsenal mengunggah pesan di media sosial China, Weibo.
Bahwa pernyataan tersebut adalah "opini pribadi Ozil" dan Arsenal punya kebijakan "tidak melibatkan diri dalam politik".
Pernyataan Ozil sempat membuat marah netizen China.
Bahkan di akun Weibo Arsenal, terdapat sebuah postingan balasan yang memperlihatkan jersey milik Ozil rusak parah karena digunting penggemar.
Asosiasi Sepak Bola China juga mengatakan marah dan kecewa. “(Pernyataan Ozil) tidak pantas,” kata pejabat asosiasi yang tidak disebut namanya sebagaimana dikutip Sky News dari harian China, The Paper.
Dalam laporan PBB dan kelompok hak asasi manusia diperkirakan 1-2 juta etnis Uighur China telah ditahan di sejumlah kamp khusus di Xinjiang.
Meski demikian China berulang kali membantah melakukan penganiayaan. Pemerintah mengatakan camp tersebut hanya pusat pelatihan.
(Tribunnews/Ipunk)