TRIBUNNEWS.COM - Senandung akan maestro sepak bola di era dahulu memang menarik untuk diikuti hingga saat ini, Rabu (18/12/2019).
Nama nama seperti Michale Platini, Johan Cruyff, Pelle, Franz Beckaenbauer meruakan segilintir contoh pesepak bola yang memiliki daya pikat yang sangat kuat ketika bermain di lapangan.
Namun Italia juga memiliki sejumlah pemain pemain yang tidak kalah tenarnya, salah satunya ialah Giacinto Facchetti.
Dilansir dari These Football Times, Giacinto Facchetti merupakan pesepak bola yang one man cub bagi Inter Milan.
Facchetti yang merupakan pemain berposisi sebagai fulbek lahir di kota Treviglio, tepatnya 18 Juli 1942.
Dilansir dari Transfermarkt, Facchetti yang hanya bermain bagi Inter mampu menciptakan 75 gol dari 616 penampilan.
Sepanjang karirnya, ia hanya mengoleksi satu kartu kuning dan belum pernah mendapatkan kartu merah.
Tentu saja catatan yang sangat baik bagi Giacinto Facchetti yang berposisi sebagai full bek.
Facchetti adalah pemain kunci dalam sistem bertahan catenaccio yang telah dibangun Herrera.
Bahkan kala itu, Herrera yang merupakan pelatih Inter menyebut Facchetti merupakan kapten terbaik dari semua yang pernah ia tangani.
Facchetti muda merupakan sosok yangrajin dan pintar ketika bedad di bangku sekolah.
Kepintarannya membuat gurunya kala itu menyarankan agar Facchetti memilih untuk melanjutkan sekolah kedokteran.
Namun saran tersebut tidak dilakukan Giacinto Facchetti, ia lebih suka dan senang bermain sepak bola.
Facchetti memulai karir bermainnya sebagai penyerang tengah dengan klub lokal CS Trevigliene.
Berkat kepandaiannya, ia tdak kesulitan menjadi striker muda nan menjanjikan.
Sering bermain di turnmen turnamen yunior yang kala itu diaksikan oleh Helenio Herrera membuat Fachetti akhirnya di boyong ke Inter Milan.
Perpindahnnya ke Nerazzurri membuat Fachetti muda mengalami perubahan di posisi bermain.
Saat ditangani oleh Herrera, Fachchetti bertransformasi menjadi fullbk kiri yang kuat dan mematikan.
Ia mampu mencetak gol bagi Inter Milan di ajang resmi sata melakoni laga keduanya melawan napoli di tahun 1961.
Berkat kegemilangannya, Facchetti banyak mendapatkan pujian dari berbagai media Italia.
Ia disorot karena memiliki fisik, kecepatan dan kecakapan yang mengagumkan.
Awal pencapaian terbaik Facchetti terjadi di tahun 1963 ketika ia membantu Inter Milan mampu meraig gelar Scudettonya sejak sembilan tahun silam.
Lesakan empat golnya dan kerja kerasnya ketika bertahan dan menyerang menobatkan Facchetti berhasil menyabet bek saya terbaik di Serie A kala itu.
Ia mengatakan bahwa seorang bek (full bek) yang baik harus dapat bertahan dan menyerang sama baiknya.
"Seorang bek harus bisa bertahan, penting juga membantu srangan dan membuat tim unggul," jelas Facchetti kala itu.
Facchetti adalah pemain kunci Inter yang terkenal sebagai sebutan La Grande Inter.
Membela Inter Milan di tahun 1960 hngga 1978, Facchetti mampu memberikn Inter Milan sembilan trofi.
Termasuk dua kali beruntun menjuarai Liga Champions 1963/64 dan 1964/65 .
Penampilan gemilangnya bersama Inter Milan membuatnya masuk dalam skuat Italia kala itu.
Facchetti berhasil meraih juara Eropa pada 1968 dan runner-up Piala Dunia 1970 saat menggunakan seragam Gli Azzuri.
Pemain bertahan Inter Milan itu mengemas 9 caps penampilannya saat memperkuat timnas Italia.
Kegemilangan Giacinto Facchetti bukanlah isapan jempol belaka.
Rekan sejawatnya kaa itu, Sandro Mazzola menyebutkan jika Fachetti merupakan pemain terbaik yang pernah ia temua.
"Dia adalah sosok yang hebat, baik dluarmaupun didalam lapangan yang pernah saya temui," ungkap putra Valentino "Vito" Mazzola itu.
Facchetti yang menunjukkan kesetiaannya bagi Inter dialas oleh ubu Nerazzurri dengan menanggalkan nomor punggung tiga.
Selama berkarir bagi Iter ilan, Facchetti merupakan pemain yang setia menggunakan nomor punggung tiga.
Giacinto Facchetti merupakan sosok pemain yang kerap dijadikan inspiarsi bagi kebanyakan pemain sepak bola, salah satunya Paolo Maldini.
Legenda AC Milan itu menyebutkan bahwa Facchetti merupakan pemain idolanya yang banya mempengaruhi pola bermain dan karirnya.
(Tribunnews.com/Giri)