TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Manajemen Arema FC mengaku pasrah jika harus kembali didenda karena adanya flare ketika menjamu Bali United, Senin (16/12/2019).
Arema FC terancam akan kembali mendapatkan sanksi denda dari Komite Disiplin (Komdis) PSSI.
Sebab dalam laga pekan ke-33 Liga 1 2019 saat menjamu Bali United di Stadion Kanjuruhan, Senin (16/12/2019), terdapat insiden pelemparan flare oleh Aremania.
Insiden itu bahkan menyebabkan pertandingan terpaksa dihentikan sementara oleh wasit.
Kejadian ini bukan kali pertama yang dialami oleh Arema FC.
Oleh sebab itu, Arema FC diprediksi akan mendapatkan sanksi denda yang jauh lebih besar.
Karena, pelanggaran ini bersifat pengulangan dan flare yang dilempar Aremania sampai masuk ke area lapangan.
Terkait hal tersebut, manajemen Arema FC mengaku kecewa atas tindakan oknum suporter yang tidak bertanggung jawab.
Namun, manajemen juga sudah siap untuk membayar konsekuensi yang harus ditanggung klub karena insiden tersebut.
"Kami menerima, pasti untuk flare akan ada denda," kata Media Officer Arema FC, Sudarmaji.
"Dalam hati kecil kami pasti kecewa, tapi inikan sudah terjadi, ya harus terima konsekuensinya," ucapnya menambahkan.
Sudarmaji menjelaskan bahwa pihaknya memahami pelemparan flare itu sebagai bentuk kekecewaan fan terhadap performa buruk tim Singo Edan pada Liga 1 2019.
Oleh sebab itu, Sudarmaji tidak ingin menyalahkan suporter dan berharap supaya hal tersebut tidak terulang saat Liga 1 musim depan.
"Mereka melakukan itu dan sangat merugikan manajemen, tetapi kami tidak mungkin saling menyalahkan," tutur Sudarmaji.
"Harus sama-sama introspeksi, karena ini keluarga besar Arema."
"Saya yakin Aremania, pemain, pelatih, sampai manajemen pasti ingin hal negatif tidak terjadi. Ingin prestasi bagus, tidak jeblok," ujarnya.
Sejauh ini, Arema FC sudah menggelontorkan uang sebesar Rp 820 juta untuk membayar denda yang dijatuhkan Komdis PSSI.
Sebagian besar denda itu dijatuhkan kepada Arema FC karena tindakan tidak terpuji yang dilakukan oleh oknum suporter.