Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Wahyu Septiana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Federasi sepak bola Indonesia (PSSI) secara resmi telah mengumumkan penunjukan Shin Tae-yong sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia selama empat tahun ke depan.
Pelatih berkebangsaan Korea Selatan itu mempunyai tugas ganda yakni menahkodai Timnas Indonesia senior dan punya wewenang khusus terhadap semua kelompok umur skuat Garuda.
Penunjukan Shin Tae-yong sebagai nahkoda baru Timnas Indonesia menuai pro dan kontra dari kalangan masyarakat.
Salah satu yang kontra dengan penunjukan tersebut datang dari mantan pelatih Timnas Indonesia U-19, Fakhri Husaini.
Nama Fakhri Husaini memang sempat diproyeksikan masuk ke dalam jajaran tim kepelatihan Shin Tae-yong.
Namun, mantan pemain PKT Bontang tersebut menolaknya karena hanya dijadikan pendamping atau asisten pelatih.
Fakhri menilai kualitas yang dimiliki para pelatih lokal sudah jauh meningkat dibandingkan sebelum-sebelumnya.
Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa dirinya menolak dijadikan asisten pelatih.
Menurut Fakhri, penolakan menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia semata-mata bukan karena tidak menghargai panggilan negara.
Ini dilakukan untuk memebrikan pelajaran bagi PSSI agar bisa lebih menghargai jerih payah pelatih lokal.
"Mereka ini jangan sekali-kali anggap remeh pelatih lokal. Saya kalau bicara nasionalisme tak usah ajari saya," kata Fakhri saat dikonfirmasi awak media.
Para pelatih lokal yang diberikan kepercayaan melatih Timnas Indonesia akan mengerjakan dengan sepenuh hati.
"karena kalau bicara nasionalisme jangan ke pelatih lokal yang menangani Timnas, karena dia betul-betul punya rasa nasionalisme di atas segala-galanya itu," tegasnya.
Pelatih berusia 54 tahun itu mencontohkan, para pelatih lokal yang dikontrak PSSI tidak pernah memikirkan masalah kontrak dan juga bayaran.
Selain itu, pelatih lokal yang ditunjuk melatih Timnas Indonesia tidak pernah meminta fasilitas yang menyulitkan PSSI.
"Kami tidak pernah bicara soal kontrak, tidak pernah ribut soal kontrak, tidak pernah bicara soal fasilitas seperti apartemen, rumah, dan mobil. Jadi, tidak usah mengajari saya soal nasionalisme," paparnya.
Lebih lanjut, Fakhri mengharapkan kepada PSSI agar bisa lebih menghargai kualitas yang dimiliki pelatih lokal.
"Ini saya mewakili pelatih lokal. Jangan sekali-sekali meremehkan pelatih lokal, karena pelatih lokal belajar seperti saya. Yang membedakan warna kulit saja. Masa harus jadi bule dulu," imbuh Fakhri Husaini.