Keunggulan dari taktikal Shin adalah mengeksploitasi ruang-ruang kosong di pertahanan lawan.
Di laga menghadapi Jerman di Piala Dunia menjadi bukti bagaimana dalam skema bola mati pun Korea Selatan bisa mendapatkan celah di lini belakang Tim Panser.
Dan ini sangat sesuai dengan karakter pemain Timnas Indonesia saat ini yang mengandalkan kecepatan dibandingkan duel-duel udara.
Asumsi Indonesia akan turun dengan 4-4-2, maka duet striker di lini depan kemungkinan besar akan diisi Lilipaly dan Beto ataupun Spasojevic.
Lilipaly adalah penyerang di belakang striker yang bisa mendikte permainan.
Hadirnya Lilipaly sangat berpangruh dalam skema Shin, apalagi pemain asal Belanda ini bisa diletakkan diberbagai posisi.
Ditambah dengan Lilipaly tidak ragu untuk bermain melebar, akan memungkinkan kerjasama dengan fullback dalam membangun serangan.
Ditunjang dua sayap cepat yang sangat melimpah di Indonesia, sehingga, meskipun ada perubahan secara taktikal, tidak membutuhkan perubahan cara bermain Timnas Indonesia yang selalu mengandalkan kecepatan.
Tetapi, skema ini bukan tanpa masalah, Timnas Indonesia harus memiliki pemain yang memiliki penguasaan bola udara sebagai opsi lain kala pergerakan cepat tidak membuahkan hasil.
Memang Indonesia masih punya beberapa opsi dengan mengoptimalkan para pemain naturalisasi, tetapi dengan umur Beto, Spasojevic, ataupun Osas Saha tidak lagi muda, maka Shin Tae-yong harus menyesuaikan skemanya agar tidak bertumpu pada situasi yang memaksa Timnas bermain bola atas.
Steve Han, jurnalis Korea Selatan menilai bahwa metode taktikal Shin termasuk rumit.
Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi para pemain Indonesia yang nantinya mendapat arahan dari Shin.
Selain itu, Steve Han menyebut penyataan publik yang dibuat Shin juga dapat berdampak negatif ke skuat timnas.
Entah pernyataan seperti apa yang dimaksud oleh Steve Han, namun ia dapat memastikan bahwa hal itu bisa membawa dampak negatif untuk tim.