TRIBUNNEWS.COM - Mario Gomez selaku pelatih anyar Arema FC miliki tugas berat untuk kembalikan karakter permainan Arema FC jelang bergulirnya Liga 1 2020.
Mrio Gomez ditunjuk sebagai pelatih Singo Edan usai dirinya tak perpenjang masa bakti di Boreno FC.
Sebagai pelatih anyar, wajar saja jika Mario Gomez dibebankan pekerjaan rumah dan ekspektasi Aremania dan Aremanita untuk perbaikan di tubuh SIngo Edan.
Bagaimana tidak, Mario Gomez dikenal sebagai pelatih yang memiliki ciri khas dan gaya perminan yang memukau kala membesut dua tim kontestan Liga 1, Persib Bandung dan Borneo FC.
Musim lalu, ditangan Milomir Seslija, Arema FC dinilai gagal menunjukkan permainan terbaiknya dan karakter permainan yang dimiliki SIngo Edan.
Tim yang memiliki logo kepala singa dengan tangan mengepal itu memiliki iri khas permainan yang "keras".
Keras yang dimaksud dalam hal ini ialah ngeyel, ngotot, pantang menyerah namun menghibur, karakter tersebut tidak muncul pada permainan Arema FC saat ditangani Milomir Seslija.
Tentu saja pekerjaan ruimah Mario Gomez ialah mengembalikan karakter tersebut, layaknya Singo edan mampu menujuarai ISL musim 2009/2010.
Kala itu, pemraina Singo Edan tampil lugas, ngeyel, ngotot namun menghibur, perwujudan ciri khas Arek Malang diwakiliki pada sosok Noh Alam Shah saat itu.
General Manager Arema FC, Ruddy Widodo meyakini pelatih asal Argentina itu akan dapat mengembalikan karakter Arema FC yang 'keras' layaknya singa yang siap menerkam lawannya.
Manajemen berharap dengan perpaduan staf kepaltihan Amerika Latin dan Indonesia di kubu Arema FC mampu mengembalikan prestasi terbaik Singo Edan, termasuk gatya bermain khas Arek Malang.
"Mudah-mudahan saja.Makanya inilah alasan mengapa kami datangkan Mario Gomez. Salah satunya untuk mengembalikan karakter Malang," ungkap Ruddy Widodo seperti yang dilansir dari Surya Malang.
Ruddy Widodo berharap ditangan Mario Gomez, Singo Edan dapat mengembalikan pola permainan pantang menyerah, ngeyel nan menghibur.
"Karakter yang tidak mudah menyerah, fighting spirit tinggi. Ibaratnya itu, bola boleh lewat, orangnya jangan," imbuhnya.
"Dan kami akui, memang sebelumnya hilang di dua musim terakhir. Semoga kembali lagi," jelas Ruddy Widodo.
Disinggung mengenai pola pelatihan yang dilakukan Mario Gomez, Ruddy mengakui jika timnya kini memiliki situasi yang berbeda, tentunya mengarah yang lebih baik.
"Atmosfer latihan sekarang sudah jelas berbeda dari sebelum-sebelumnya."
"Metode melatihnya saja sudah berbeda. Pemain tidak mengeluh," terangnya.
Alhamdulillah karakter Arema-nya dan ngototnya saya lihat sudah mulai bangkit," kata Ruddy Widodo
Disinggung menganai pelatih fisik yang didatangkan manejemen bersamaan dengan Mario Gomez, pria berusia 48 tahun tersebut menilai hal tersebut merupakan yang dibutuhkan timnya.
Menurutnya, masalah timnya musim lalu salah satunya tak punya pelatih fisik.
“Latihan fisik itu ya secara manual, misal pemain lari sambil membawa beban."
"Tidak seperti latihan fisik dengan bola seperti di sepak bola modern."
Mungkin, khusus untuk pemain di Indonesia, teori latihan fisik dengan bola itu belum bisa diterapkan, walaupun di Eropa sukses,” terang Ruddy Widodo seperti yang dilansir dar Wearemania.
Sekain pola latihan, Mario Gomez membawa hal yang baru ditubuh Arema FC, yakni diterapkannya aturan berupa denda pada setiap pelanggaran keterlambatan.
“Dari kedisiplinannya, Coach Gomez juga bagus, ada denda untuk tindakan indisipliner. saya pikir konsep ini berhasil,” pungkasnya.
(Tribunnews.com/Giri)