TRIBUNNEWS.COM - Mario Gomez beberkan alasan menggaet Gitra Yuda yang menjadi rekrutan terakhir Arema FC guna mengarungi kompetisi Liga 1 2020.
Kedatangan Gitra Yuda ke publik Kanjuruhan ialah sebagai pengganti Ganjar Mukti yang dipinjamkan ke Persiraja Banda Aceh.
Kondisi tersebut membuat manajemen bergerak cepat untuk mengisi kekosongan di posisi stopper.
Baca: Pasca Telan Kekalahan Beruntun, Arema FC Evaluasi Lini Depan dan Belakang
Baca: Soal Kabar Arema FC Lakukan Perekrutan Beli Kucing dalam Karung, Ini Kata Mario Gomez
Keputusan tersebut akhirnya jatuh kepada Gitra Yuda.
Uniknya, Gitra Yuda berseragam biru khas Arema FC tanpa melangsungkan uji coba maupun trial.
Bukan menjadi rahasia lagi, Mario Gomez merupakan pemain yang mengedepankan bagiamana pemain yang direkrutnya sesuai atau tidak dengan pola permainan yang akan diterapkan.
Teka-teki dibalik Gitra Yuda bergabung dengan Arema FC akhirnya di jawab secara gamblang oleh Mario Gomez.
Pelatih asal Argentina itu menyatakan bahwa bergabungnya Gitra Yuda merupakan hasil usulan langsung dari asisten klub SIngo Edan.
Diantaranya ialah Charis Yulianto, Kuncoro, hingga Singgih Pitono.
Mario Gomez yang juga pernah menukangi Borneo FC mengatakan kepercaryaannya kepada asisten yang dimilikinya tersebut.
“Asisten saya sangat mengenal Gitra. Mereka bertanggung jawab atas perekrutan pemain lokal. Saya mempercayai asisten-asisten saya,” kata Mario Gomez seperti yang dilansir dari Kompas.
Selain itu, alasan lainnya dibalik mendatangkan Gitra Yuda ialah sang pemain dapat bermain di berbagai posisi di lini pertahanan.
“Saya rasa dia pemain bagus, dia juga bisa bermain sebagai gelandang bertahan dan bek kanan. Kami membutuhkan pemain seperti dia,” terang pelatih Singo Edan itu.
Baca: Terungkap, Penyebab Utama Kekalahan Arema FC dari Persib dan PSIS Semarang
Baca: Ketum PSSI Soroti Insiden antara Suporter PSIS Semarang dan Arema FC
Selain itu, bergabungnya Gitra Yuda diharapkan mampu menjadi jawaban rapuhnya lini belakang SIngo Edan.
Terbukti dalam 3 pertandingan awal Arema FC, tim kebanggaan Aremania itu baru mengemas 1 kemenangan dan 2 kekalahan.
Tak tanggung-tanggung, kekalahan Arema FC diperoleh secara beruntun dari Persib Bandung dan PSIS Semarang.
Baca: Terungkap, Penyebab Utama Kekalahan Arema FC dari Persib dan PSIS Semarang
Baca: Skuat Arema FC Diliburkan Karena Virus Corona, Mario Gomez Beri Pesan Kepada Pemain
Kala bersua dengan Persib Bandung di Stadion Kanjuruhan, (8/3/2020), Singo Edan harus mengakui keunggulan Pangeran Biru dengan skor 1-2.
Hasil negatif pun kembali diperoleh Arema FC kala bertandang ke markas PSIS Semarang.
Berlangsung di Stadion Moh Soebroto, (14/3/2020), PSIS Semarang berhasil mengalahkan Arema FC dengan skor 2-0.
Kondisi tersebut mebuat staf kepelatihan Singo Edan meakukan sejumlah evaluasi.
Alhasil, Charis Yulianto yang merupakan asisten pelatih Singo Edan membeberkan 2 sektor yang perlu dibenahi terkait hasil negatif yang diperoleh timnya itu.
Pertama ialah rapuhnya lini pertahanan Arema FC.
"Lini belakang kami sangat rapuh," kata Charis Yulianto seperti yang dilansir dari Surya Malang, Rabu (18/3/2020).
Bukan menjadi rahasia lagi jika tim asal Jawa Timur itu memiliki permasalahan lini pertahanan sejak musim lalu.
Baca: Kericuhan Supporter Dalam Laga PSIS Semarang vs Arema FC di Liga 1 2020, Ketum PSSI Beri Tanggapan
Baca: Menanti Daya Ledak Arema FC, Adaptasi Mario Gomez & Jonathan Bauman, Vitalnya Peran K.H. Yudo
Dalam gelaran Liga 1 2019, Arema FC menjadi tim ekdua dengan rasio kebobolan paling tinggi kedua, setelah Badak Lampung.
Singo Edan yang musim lalu dihuni oleh Hamka Hamzah dan Arthur Cunha sebagai duet lini belakang, harus puas ketika timnya dibobol sebanyak 62 kali.
Catatan kedua ialah lini serang yang tampil kurang tajam.
Menurut Charis, KH Yudo dan kolega kurang tenang dalam menyelesaikan sejumlah peluang.
"Lini depan kami kurang tenang dalam menyelesaikan beberapa peluang."
"Lini belakang dan lini depan ini yang akan jadi bahan evaluasi kami," ujarnya.
Kondisi tersebut tentu catatan yang mengkhawatirkan bagi Arema FC, berkaca deretan pemain potensial menghiasi kualitas lini serang Singo Edan.
Sebut saja Jonathan Bauman, Elias Alderete, M Rafli, KH Yudo hingga Dedik Setiawan.
Meskipun dapat dikatakan terlalu dini untuk menilai kurang tajamnya lini serang Singo Edan, namun hal tersebut dapat dikatakan wajar, mengingat capaian musim lalu.
Perlu dicatat, Arema FC merupakan tim dengan produktivitas gol tertinggi di musim 2019.
Singo Edan dari 34 laga yang telah dilakoninya mampu mengemas 59 gol.
Lesakan Arema FC bahkan lebih banyak dari Persebaya Surabaya yang mampu mengoleksi 57 gol.
Bahkan Bali United yang merupakan juara Liga 1 musim 2019 hanya mampu mengemas 48 gol.
Kendati demikian, catatan menarik dari 3 laga yang telah dilakoni Arema FC ialah lini pertahanan kala Singo Edan mampu membukukan clean sheet.
Capaian tersebut mampu diperoleh Arema FC kala bersua dengan PS Tira, tepatnya di pekan perdana Liga 1 2020.
Uniknya, SIngo Edan tak kebobolan sama sekali ketika Mario Gomez selaku pelatih kepala Arema FC memainkan kuartet Syaiful Indra, Bagas Adi, Hanif Sjahbandi, dan Johan Farizi.
Tentu dimainkannya Hanif di lini pertahanan bukanlah merupakan hal yang baru.
Meskipun demikian, musim lalu, Hanif lebih banyak bermain di sektor gelandang bertahan maupun gelandang serang.
Namun posisi Hanif Sjahbandi digantikan oleh Matias Malvino ketika Arema FC harus mengakui keunggulan Persib Bandung.
Pun saat bermain di kandang PSIS Semarang, absennya Bagas Adi Nugroho akibat cedera membuat lini belakang Arema FC nampak rapuh.
(Tribunnews.com/Giri)(Kompas/Suci Rahayu)