TRIBUNNEWS.COM - Pertandingan leg kedua babak 16 besar antara Liverpool versus Atletico Madrid yang berakhir dengan kemenangan tim tamu ternyata menyisakan masalah tersendiri.
Seorang Direktur Kesehatan Masyarakat Liverpool bernama Mathhew Asthon baru-baru ini melontarkan pernyataan yang cukup mengejutkan.
Matthew Ashton menganggap laga antara melawan Atletico Madrid yang digelar di Anfield tersebut diyakini turut berperan atas meningkatnya kasus Covid-19 di wilayah Liverpool.
Diberitakan oleh The Guardian, Mathhew Aston menginformasikan kasus positif warganya yang terjangkit virus corona mengalami peningkatan setelah pertandingan tersebut.
Baca: Bintang Atletik Olimpiade Sebut Liverpool Layak Dinobatkan sebagai Pemenang Liga Inggris
Kenaikan warga Liverpool yang terjangkit positif virus corona menjadi 262.
Padahal sebelumnya, kasus positif yang terkonfirmasi hanya berjumlah enam orang saja.
Sedangkan, pertandingan Liverpool kontra Atletico Madrid tersebut tercatat dihadiri oleh 54.000 orang, termasuk 3.000 pendukung tim tamu.
Sementara, kota Madrid sendiri menjadi salah satu pusat penyebaran di tanah Matador.
"Bukan keputusan yang tepat menggelar pertandingan tersebut di tengah pandemi virus corona," ungkap Matthew Ashton.
"Orang-orang tidak sengaja membuat keputusan tersebut. Mungkin situasi yang sudah mengkhawatirkan karena pandemi ini saat itu tidak dipahami oleh pemerintah." lanjutnya.
"Meskipun kita tidak akan pernah tahu, pertandingan melawan Atletico Madrid dengan orang-orang yang berkumpul seperti itu bisa menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus ini di Liverpool," akhir Mathhew Aston.
Sebelumnya, terdapat laga lainnya yang mempertemukan antara Atalanta kontra Valencia yang juga dituduh sebagai biang kerok penyebaran virus corona di wilayah Bergamo, Italia.
Hal ini dikarenakan para pendukung Atalanta yang bermukim di wilayah Bergamo memutuskan secara berbondong-bondong mendukung tim kesayangannya.
Rakyat Bergamo rela menempuh jarak sejauh 60 km hanya untuk menonton pertandingan Atalanta yang digelar di Stadion San Siro, Kota Milan.
Setidaknya pada laga tersebut ada lebih dari 40.000 orang yang memadati Stadion San Siro.
Termasuk juga suporter Valencia yang bertandang.
Baca: Istri Kapten Atalanta Berhasrat Memenangi Scudetto, Papu Gomez: Tidak Gila Memikirkan Itu
Baca: Hasil Liga Champions: Lolos dan Catatkan Sejarah, Josip Ilcic Sesumbar Atalanta Bukanlah Tim Kejutan
Selanjutnya, Bergamo kini menjadi satu wilayah negara Italia yang merasakan dampak akibat penyebaran virus corona.
Hingga Minggu (22/3/2020), Bergamo memiliki kasus kematian akibat virus Corona sebanyak 3.095 orang.
Hal itu membuat Italia pun menjadi negara teratas yang mengalami angka kematian tertinggi akibat virus corona.
Kapten Atalanta, Alejandro Gomez pun angkat bicara menanggapi tudingan tersebut.
Ia menyadari orang-orang yang berada di Bergamo memang selalu berusaha menggunakan alasan apapun untuk keluar dari situasi "lockdown' yang telah ditetapkan pemerintah.
Baca: Belajar dari Italia: Remehkan Corona, Kini Jadi Negara Pertama dengan Jumlah Kematian Terbanyak
Baca: Euro 2020 Diundur Jadi Juni 2021, Roberto Mancini Sumringah Persiapkan Senjata Terbaik Timnas Italia
Di bawah keputusan lockdown pemerintah, para penduduk terlihat masih pergi ke supermarket atau bekerja.
Bahkan ada juga orang-orang yang berjalan-jalan dengan anjing peliharaan mereka.
"Masih ada orang di jalanan saat itu, ada yang lari, ada yang pergi ke taman untuk melakukan sit-up," ungkap Alejandro Gomez dilansir dari Reuters.
"Ada juga yang membawa anjingnya keluar rumah untuk jalan-jalan sekitar satu jam karena bosan di rumah, bahkan ada yang bohong untuk pergi ke supermarket," tambah sang kapten Atalanta tersebut.
Dalam situasi tersebut, Alejandro Gomez mengaku dirinya tidak pergi berlari walaupun ia olahragawan.
"Aku bahkan tidak pergi berlari meskipun aku seorang olahragawan dan itu yang sebenarnya pekerjaanku," pungkas Gomez.
Bergamo memang menjadi wilayah yang paling terdampak virus corona yang tengah mewabah di dunia saat ini.
Tercatat 134 dokter yang menangani wabah tersebut harus jatuh sakit hingga dikarantina.
Tiga dokter di antaranya dinyatakan meninggal dunia karena virus tersebut.
Terbaru, lebih dari 6000 orang Italia meninggal karena Covid-19/
Sementara ada 63.927 kasus positif yang terkonfirmasi oleh Italia.
Data itu seakan menegaskan jika Italia menjadi negara yang paling parah terdampak virus corona.
Alhasil, Italia saat ini masih melakukan lockdown untuk menurunkan angka kematian warganya akibat penyebaran virus corona.
(Tribunnews/Dwi Setiawan)