News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Liga Italia

Analisis Performa Inter Milan, Daya Ledak Antonio Conte dan Lukaku yang Melempem di Tengah Musim

Penulis: Gigih
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Analsisi Performa Inter Milan, Daya Ledak Antonio Conte dan Romelu Lukaku yang Melempem di Tengah Musim, Minggu (5/4/2020)

TRIBUNNEWS.COM - Inter Milan musim ini adalah salah satu kandidat kuat juara, apalagi ditangani oleh sosok Antonio Conte.

Nerazzuri menjadi favorit juara Liga Italia bersama Juventus, Lazio dan Napoli.

Sempat menggigit di paruh musim, Inter Milan justru melempem dan kini berada di posisi tiga, di belakang Lazio dan Juventus.

Lalu, apa masalah Inter MIlan, terutama Antonio Conte, hingga membuat prestasi Lukaku dan kawan-kawan justru menurun?

Baca: Liga Inggris dan Liga Italia Susul Liga Spanyol, Kompetisi Libur Hingga Waktu yang Belum Pasti

Baca: Top Skor Sementara Liga Italia Disarankan Tidak Pindah ke Chelsea

Apa yang dilakukan Inter Milan di awal musim sejatinya tidak buruk, start baik dilakukan Antonio Conte sejak pekan pertama.

Menghadapi Lecce, Inter Milan menang 4-0, kemenangan ini sekaligus menyamai rekor 60 tahun yang lalu dimana Inter Milan menang di pekan perdana dengan lebih dari 4 gol.

Kemenangan tersebut melambungkan harapan supporter Inter Milan, tentu saja para pemain Inter Milan juga memiliki kepercayaan diri tinggi dengan start yang apik.

Ini tidak lepas dari persiapan apik Inter Milan, mendatangkan Antonio Conte yang datang dengan misi untuk membuat Inter menjadi penantang serius gelar juara

Bukan tanpa alasan Conte mengusung ambisi tersebut, aroma pembuktian usai gagal di Chelsea pada musim terakhirnya, membuat mantan pemain Juventus ini memiliki rasa lapar yang besar untuk meraih prestasi.

Ditambah lagi hadirnya sosok Steven Zhang, Presiden klub yang baru berusia 28 tahun, dan sangat vital bagi klub.

Steven melihat kesuksesan JUventus dalam satu dekade terakhir, dan berusaha meruntuhkan dominasi tersebut, ia kemudian mengambil bagian pentin Juventus untuk diboyong ke San Siro : Beppe Marotta.

Kombinasi Marotta-Steven Zhang-Conte inilah kunci daya ledak Inter Milan di awal musim, ketiganya bermain cerdas di bursa transfer.

Inter Milan yang bebas dari masalah financial fair-play yang menjerat mereka pada 2015, langsung menggila di lantai bursa transfer.

Lukaku diboyong 66 Juta Paun, ditambah Valentino Lazaro seharga 20 Juta Paun dar Hertha Berlin, dan menyetujui gaji besar Diego Godin dari Atletico Madrid.

Baca: Liverpool Rumahkan Sementara 200 Staff dan Akali Aturan Pemerintah, Carragher Kritik Kebijakan Klub

Hasilnya berdampak signifikan, Lukaku memecahkan rekor Cristian Vieri yan mengemas 14 gol dalam 18 laga (Vieri 13 gol dalam 18 laga), ditambah dengan kehadiran Alexis Sanchez yang sangat berguna di lini depan.

Tetapi, sebenarnya Conte sudah sempat menjelaskan di awal musim, bagaimana ia menyebut Inter Milan sedang dalam masa transisi.

Tentu ini sangat tepat, Inter Milan menjual Mauro Icardi, Ivan Perisic dan juga Radja Nainggolan, ketiganya adalah tulang punggung Inter Milan dalam beberapa musim, inilah fase transisi yang dimaksud Conte.

Tetapi ekspektasi besar kadung diberikan supporter Inter Milan yang menyamakan apa yang dilakukan Conte di Inter sama dengan yang dilakukannya di Chelsea pada awal kedatangannya, tentu saja hal ini memberatkan Conte.

Conte juga melakukan tugasnya, ia menjadi pelatih pertama sejak 1966 yang menang 6 laga beruntun, dengan rekor tak terkalahkan di laga tandang hingga bulan Februari dari Fiorentina saat itu.

Masalah mulai muncul ketika Natal tiba, kelelahan mulai melanda, Liga Champions, Liga Italia dan Coppa Italia sangat berat bagi Inter Milan.

Conte bukanlah pelatih yang suka bongkar pasang pemain, sejauh ini ia baru memainkan total 44 pemain, bandingkan dengan Juventus (59 pemain), Atalanta (61 pemain) dan Napoli (65 pemain), ini membuat Inter Milan kelelahan.

Kelelahan inilah menjadi faktor menurunnya performa Inter Milan, kalah di dua laga penentu Liga Champions, Alexis Sancez yang cidera hingga permainan yang terbaca.

Gelandang flamboyan Atalanta, ALejandro Papu Gomez, menyebut, skema Inter Milan sangat mudah dipahami.

"Inter Milan akan menyerang dari fullback mereka, kemudian dua penyerang, Lukaku dan Lautaro Martinez akan menjemput bola dan menahan bola, transisi cepat baru dimulai ketika penguasaan berada di kedua pemain tersebut,

"Kami mengakalinya dengan meminta dua bek tengah kami, menahan Lukaku dan Lautaro, hasilnya aliran mereka buntu," ujar Papu Gomez di laman The Athletic.

Kelelahan juga membuat Conte kalang kabut, ia menahan pemain muda mereka seperti Alessadro Bastoni, Eduardo Vergani, Filip Stankovic dan Matias Fonseca untuk tetap berada di Inter meskipun ada panggilan Timnas kelompok umur.

Belanja bursa transfer Januari pun tidka cukup, meskipun mendatangkan Ashley Young, Moses dan Cristian Eriksen, ketiganya belum mampu mengangkat performa Inter Milan.

Implikasinya, adalah Inter Milan tidak memiliki pemain yang memiliki daya ledak dan ketajaman yang sama seperti di awal musim, pun dengan strategi Conte yang mudah terbaca.

Conte akan turun dengan 3-4-1-2 atau 4-3-1-2, dalam skema tersebut membutuhkan sosok penyeran lubang, inilah yang tidak dimiliki Inter Milan.

Beberapa kali Eriksen dicoba di posisi tersebut, sukses tetapi masih belum mencapai permainan terbaiknya.

Tetapi, seperti yang diutarakan Conte, ini adala masa transisi, dan dengan Liga Italia yang ditunda karena wabah corona, ini adalah kesempatan bagi Conte memperbaiki permianannya.

Ataupun, jika gagal, musim ini adalah modal penting Inter Milan dalam perburuan gelarjuara Liga Italia musim depan.

(Tribunnews.com/Gigih)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini