TRIBUNNEWS.COM - Kerja keras, tak kenal menyerah, keterbatasan yang ada dalam diri pemain Liverpool Sadio Mane dituangkan ke film dokumenter yang berjudul Made in Senegal.
Made in Senegal mendokumentasikan awal kesederhanaan Sadio Mane saat kanak-kanak hingga pengorbanannya untuk mencapai impian sebagai pemain sepak bola profesional.
Film ini diproduksi Rakuten dari campuran adegan dokumenter Sadio Mane, arsip rekaman, dan animasi untuk menghidupkan kembali adegan sang bintang di masa lalu, dalam keterangan yang dituliskan Mirror.
Rakuten menyodorkan sebuah tontonan inspiratif yang mengajak para penontonnya menemukan sisi pribadi dari pemain bintang olahraga.
Baca: Made in Senegal, Film Dokumenter Karir Bintang Liverpool Sadio Mane
Baca: Kisah Unik Juergen Klopp Saat Pertama Kali Bertemu Sadio Mane
Berikut ini, Tribunnews rangkum lima hal menarik dari film dokumenter Sadio Mane Made in Senegal dari BBC:
1. Awal Perjuangan di Masa Kecil Sadio Mane
Seorang anak laki-laki lahir di sebuah desa terpencil Senegal, Bambali 27 tahun lalu, 10 April 1992.
Dia adalah Sadio Mane.
Pada masa kecilnya, dia sangat ingin menjadi seorang pemain sepak bola, namun langkah itu mendapat tentangan dari keluarganya.
Saat berusia 7 tahun, Sadio Mane diterpa kesedihan ketika sang ayah meninggal dunia.
Lalu dia dibesarkan oleh pamannya. Mane berasal dari keluarga muslim, yang menganut pendidikan sebagai prioritas utama.
"Paman saya tidak ingin saya bermain karena dia pikir sekolah lebih penting. Hal menjadi rumit ketika dia tidak suka itu," ucap Mane.
Saat bola belum tersedia di daerahnya, Mane seperti anak-anak umumnya yang bermain dengan teman-temannya.
Di desanya, dia adalah pemain terbaik, nama panggilannya adalah 'Ballonbuwa' atau 'Ball Wizard'.
Beranjak remaja, ketika berusia 16 tahun, Sadio Mane mengambil keputusan besar dalam hidupnya dengan melarikan diri dari rumah untuk mengejar impiannya.
Dia mencoba bergabung dengan tim sepak bola di sana.
Namun, dia ditemukan dan dibawa pulang oleh keluarga.
Dia tidak berhenti disitu, bersama keluarga lainnya dia membuat kesepakatan, tahun berikutnya dia tidak akan sekolah dan hanya ingin bermain sepak bola.
2. Sosok Inspirasi bagi Sadio Mane
Ronaldinho dan Al Hadji Diouf adalah dua orang sosok yang sangat disukai oleh Sadio Mane.
Mereka sangat menginspirasi untuk bermain sepak bola, menurut sahabat Mane, Luc yang menceritakan kesukaan Mane.
Hal itu terjadi ketika Piala Dunia 2002 dan Piala Afrika, ketika melihat sang idola tampil.
Itu adalah era sepak bola Senegal yang paling epik.
"Pada saat itu, Sadio menyukai Ronaldinho, tetapi juga El Hadji Diouf, yang benar-benar membuat kami untuk bermain sepak bola," kata Luc.
Luc membongkar apa yang dikatakan Mane saat itu, "Bahwa suatu hari nanti, aku akan berada di level mereka."
Kini, tak sedikit yang berargumen penampilan Sadio Mane lebih baik dari legenda Senegal Diouf, setelah memberikan berbagai gelar untuk Liverpool.
3. Terkendala Cuaca di Eropa
Sadio Mane meninggalkan Senegal untuk bergabung dengan tim Perancis FC Metz pada 2011.
Hal pertama yang dia perhatikan saat tiba di Perancis pada Januari adalah angin.
Mane menggambarkan reaksi rekannya kala itu saat dia keluar dari ruang ganti mengenakan kaos.
"Mereka semua tertawa dan saya tidak mengerti mengapa."
"Mereka bertanya, bagaimana kamu bisa berpakaian saat itu," kata Mane.
Selanjutnya, Mane hanya mampu bertahan lima menit, dia harus kembali ke ruang ganti karena kedinginan.
"Saya kemudian meletakkan tangan di atas air panas, itu tidak baik. Ya Tuhan, apakah saya menderita hari itu," lanjut Mane.
Namun, Mane mengungkapkan apa yang diberi FC Metz adalah apa yang menjadikan dia seperti sekarang ini.
4. Kesan Buruk di Mata Jurgen Klopp
Dalam film tersebut, Jurgen Klopp sebagaimana yang disebutkan di awal berita memberitahukan kesan dia pertama kali saat dikenalkan dengan Sadio Mane.
"Ada seorang lelaki muda duduk di sana. Topi bisbol miring, coretan pirang yang masih dia miliki sampai sekarang. Dia tampak seperti seorang rapper yang baru mulai."
"Aku berpikir, aku tidak punya waktu untuk ini," terang Klopp.
Namun nyatanya, Klopp harus menarik kembali perkataannya dan mengakui Mane sebagai pesepak bola hebat.
"Aku akan mengatakan aku punya perasaan yang cukup baik untuk orang-orang, tapi aku salah," lanjutnya.
5. Tekanan Berat Kala Membela Timnas Senegal
Sadio Mane memegang ban kapten timnas Senegal saat ini.
Terakhir berkontribusi untuk negaranya, Mane mengantarkan Senegal ke final Piala Afrika 2019 dan meraih runner up karena kalah dari Aljazair.
"Sadio Mane hanya bagus di klubnya dan tidak di Senegal."
"Dia adalah salah satu pemain terbaik di Afrika, tapi tidak menunjukkannya di sini. Itu sebabnya kita tidak bisa mendukungnya di sini," kata penggemar yang ada dalam film tersebut.
Sadio Mene masih memiliki waktu, masih memiliki kekuatan untuk membawa Senegal berkiprah lebih tinggi di kancah dunia melalui sepak bola.
(Tribunnews.com/Sina)