TRIBUNNEWS.COM - Persebaya Surabaya saat ini meliburkan para pemainnya di tengah wabah corona.
Keputusan ini tidak lepas dari Liga 1 2020 yang juga terhenti.
Di tengah kompetisi yang terhenti, ada kisah tentang Supriadi yang ingin merasakan tinggal di Wisma Persebaya, yang saat ini sedang dalam sengketa dengan Pemerintah Kota.
Baca: Penyerang Persib Bandung, Wander Luiz, Tetap Latihan Mandiri di Tengah Karantina
Baca: Arema FC Prediksi Liga 1 2020 Akan Waalaikumsalam Jika Kompetisi Tak Berjalan pada 1 Juli
Persebaya Surabaya bebaskan pemainnya pulang kampung
Berhentinya kompetisi Liga 1 2020 akibat pandemi virus Corona (Covid-19) membuat sejumlah klub meliburkan aktivitas tim hingga waktu yang belum bisa ditentukan.
Langkah meliburkan seluruh pemainnya dari aktivitas tim salah satunya sudah dilakukan oleh Persebaya Surabaya sejak 22 Maret lalu.
Hal itu dilakukan karena belum jelasnya kompetisi.
Dengan durasi jeda kompetisi yang masih sangat lama, manajemen Persebaya Surabaya memberikan kebebasan kepada pemainnya untuk pulang ataupun menetap.
"Kami memberikan penawaran-penawaran kepada pemain selama virus Corona ini, apa mau pulang atau tetap," kata Sekretris tim Persebaya Surabaya, Ram Surahman, di laman Tribun Jatim .
Hal ini direspons dengan banyaknya pemain yang memutuskan pulang kampung.
Tidak hanya pemain lokal saja, ada tiga pemain asing Bajul Ijo yang juga pulang ke negaranya.
Pemain asing Persebaya Surabaya yang memutuskan meninggalkan Surabaya ialah David da Silva ke Brasil, Mahmoud Eid ke Swedia, dan Aryn Williams ke Australia.
Praktis hanya gelandang serang asal Mali Makan Konate yang memutuskan bertahan di Surabaya sampai kompetisi dikabarkan kembali bergulir 29 Mei nanti.
"Seperti kemarin Makan Konate kami tawarkan mau pulang atau tidak, dia memilih di Surabaya ok. Kemudian Aryn dia pulang ok," imbuhnya.
Baca: Persebaya Surabaya Segera Terapkan Kebijakan PSSI, Aji Santoso Memaklumi
Baca: Kisah Gelandang Persebaya Aryn Williams Jalani Karantina di Sebuah Hotel di Australia
Muhammad Supriadi ingin rasakan tinggal di Wisma Persebaya
Kisah tentang heroisme Wisma Persebaya menggetarkan hati Muhammad Supriadi.
Pemain yang mengantarkan Persebaya juara Elite Pro Academy U-20 2019 itu ingin merasakan tinggal di sana.
Seperti halnya yang dilakukan pemain-pemain muda Persebaya dulu.
”Kalau bermain di Lapangan Persebaya saya sudah sering. Namun, belum pernah kalau menginap di Wisma Persebaya,” kata Supri.
Menurut pemain kelahiran 23 Mei 2002 itu, Maesa dan Semut Hitam adalah klub internal Persebaya yang pernah dia bela.
Momen itu menjadi salah satu bagian penting dalam karir sepak bola Supri sehingga bisa menjadi bagian dari tim Persebaya.
Supri banyak mendengar tentang Wisma Persebaya dari rekan-rekannya.
Termasuk Koko Ari Araya dan Rizky Ridho yang sama-sama satu angkatan dengan dia di tim U-20.
”Katanya ada horor-horornya gitu. Tapi, saya dengar dulu harus menginap di Wisma Persebaya lebih dulu untuk mengakrabkan diri,” papar Supri.
Persebaya tidak bisa beraktivitas di Wisma dan Lapangan Persebaya karena sengketa kepemilikan dengan Pemkot Surabaya berlanjut ke Pengadilan Tinggi.
Pada pengadilan tingkat pertama, Persebaya memenangkan gugatan,Pemkot disebut secara hukum tidak memiliki hak atas obyek bersejarah itu.
Sebaliknya, Persebaya diprioritaskan untuk mengajukan hak pakai.
Supri berharap permasalahan tersebut segera selesai.
”Lapangan itu sangat bermanfaat sekali bagi arek-arek Suroboyo.
"Ada kompetisi internal yang bisa menambah jam terbang pemain muda, semoga saja lekas bisa kembali digunakan,” harapnya.
(Tribunnews.com/Gigih)(Tribun Jatim/Ndaru Wijayanto)