TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelaksana tugas Sekjen PSSI, Yunus Nusi menjelaskan dugaan nepotisme terkait posisi Wakil Sekjen PSSI yang kini dijabat Maaike Ira Puspita, dan posisi General Manager PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang kini dijabat Pradana Aditya.
Maaike Ira Puspita adalah ipar Ketua Umum PSSI, Mohammad Iriawan, sedang Pradana Aditya adalah anak Wakil Ketua Umum PSSI, Cucu Somantri yang juga Direktur Utama PT LIB.
“Statuta PSSI mengatur bahwa pengangakatan Sekjen menjadi kewenangam Ketua Umum PSSI. Pun penunjukan, Wasekjen adalah hak Ketua Umum PSSI dalam rangka percepatan pelayanan PSSI kepada member yang berjumlah ratusan anggota, baik itu klub Liga 1, Liga 2, Liga 3, Asosiasi Provinsi se-Indonesia, asosiasi-asosiasi sepakbola, dan organisasi-organisasi sepakbola yang berafiliasi dengan PSSI,” ungkap Yunus.
Wakil Sekjen PSSI, dikatakan Yunus, bertugas di bidang administratif dan membantu peran Sekjen PSSI.
"Tidak bersentuhan dengan uang. Murni administratif berbagi tugas dengan Sekjen, dan tidak langsung bertanggungjawab kepada Ketua Umum PSSI,” jelas Yunus.
PT LIB, kata Yunus, lebih fokus kepada pengelolaan keuangan dan kompetisi.
“Karena itu, pengangkatan staf level atas, harus melalui rapat direksi," tegas Yunus.
Dugaan ini membuat salah satu anggota Exco PSSI, Juni Ardianto Rachman, menghendaki digelar rapat umum pemegang saham (RUPS) PT LIB.
"Agar persoalan ini tidak berlarut larut dan membuka peluang atau dugaan korupsi, gelar segera RUPS PT LIB," ujar Juni.
Dalam RUPS, lanjut Juni, persoalan ini bisa diurai secara transparan.
Agar RUPS bisa segera digelar, PSSI sebagai pemegang saham golden share berhak memerintahkan PT LIB menggelar RUPS.
Ketua Asprov Aceh, Nazir Adam, yang dihubungi terpisah juga menyesalkan dugaan nepotisme ayah-anak di PT LIB. Ia mengusulkan, sebelum RUPS digelar, sebaiknya Iriawan, anggota Exco, dan para pemegang saham mengevaluasi dulu PT LIB.
''Mumpung masih tahun pertama dan kompetisi baru mulai tahap awal. Evaluasi ini penting untuk memperbaiki kinerja PT LIB demi kemajuan sepakbola nasional,'' tutur Nazir.
Kalangan profesional
Ia mengingatkan, kekisruhan di PT LIB akan berdampak buruk baik bagi PSSI, kompetisi, maupun kepercayaan pihak-pihak external lainnya, terutama sponspor.
''Dari hasil evaluasi, saya berharap Ketum PSSI, Exco, dapat mengambil sikap tegas terkait pengelolaan PT LIB demi kepentingan sepak bola nasional dan marwah PSSI,'' ucap Nazir.
Nazir mengatakan, karena PT LIB adalah perusahaan dan bukan organisasi masyarakat (ormas), maka jabatan direktur dan manajer yang ditunjuk untuk mengelola PT LIB harus dari kalangan profesional. Bukan dari jajaran Exco PSSI.
''Akan lebih baik jika dilakukan lelang jabatan melalui fit and proper test. Ini penting agar PT LIB dapat terkelola secara profesional," tegas Nazir.
Pada awal Mei ini, Iriawan tepat satu semester memimpin PSSI terhitung sejak Kongres Luar Biasa di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada 2 November 2019 lalu.
Di era kepemimpinan Iriawan, kompetisi Liga 1 bergulir tepat waktu dengan kick-off berlangsung pada 29 Februari 2019, sementara Liga 2 dimulai pada 14 Maret 2020. Sayang, merebaknya Covid-19 membuat aktivitas persepakbolaan Indonesia terhenti hingga saat ini.