TRIBUNNEWS.COM - Salah satu comeback terbaik dalam sejarah Liga Champions berhasil dilakukan oleh Liverpool pada musim lalu.
Tepat setahun yang lalu hari ini, Liverpool mampu mengamankan satu tempat di partai final Liga Champions musim 2018/2019.
Pasukan Jurgen Klopp secara mengejutkan mampu mengalahkan Barcelona dengan skor empat gol tanpa balas.
Bermain di Anfield, Liverpool mampu membalikkan keadaan setelah tertinggal dengan skor agregat 0-3 di leg pertama.
Baca: Liverpool Siap Jika Kompetisi Liga Inggris Bergulir Kembali kata Juergen Klopp
Baca: Dream Chasers Inter eps 3 - Seutas Cerita Toldo Soal Liga Champions, Momen Bersejarah Nerazzurri
Brace gol yang masing-masing dicetak oleh Divock Origi dan Georginio Wijnaldum mampu mengubur mimpi Barcelona tampil di partai puncak.
Usut demi usut ada sebuah strategi brilian dibalik permainan Liverpool saat menjungkalkan Barcelona pada tahun lalu.
Hal itu diungkapkan oleh assisten manajer Liverpool, Peter Krawietz.
Krawietz mengutarakan pasukan Jurgen Klopp memang sudah memiliki rencana tampil menyerang sejak menit awal.
"Awal pertandingan berjalan sangat positif, tiga pemain depan kami saat itu yakni Origi, Shaqiri, dan Mane mampu tampil luar biasa," ujar Krawietz seperti yang dikutip dari Evening Standard.
Salah satu strategi brilian yang dilakukan oleh para pemain Liverpool yakni terus memaksa Barcelona bermain dengan negatif.
"Gagasan dalam permainan kami saat itu adalah jangan biarkan Barcelona melakukan apa yang ingin mereka lakukan, paksakan mereka untuk melakukan hal yang berbeda," ujar sang assisten Liverpool tersebut.
"Semua tahu betapa bagusnya Barcelona dalam situasi membangun permainan, jadi bahkan misal anda mencoba menekan mereka, mereka akan memanfaatkan ruang yang ada," lanjutnya.
Baca: ON THIS DAY - Pertunjukan Sihir Andrey Arshavin Bersua Liverpool, Cetak Quattrick di Anfield
Alhasil, para pemain Liverpool saat itu terus melancarkan tekanan tiada henti kepada tim tamu.
"Semuanya berdasarkan pada membalikkan ide tersebut, jadi kami terus menekan mereka serta memaksa mereka untuk bermain bola panjang," lanjutnya.
"Kemudian ketika bola ada di udara, kami menggunakan keunggulan untuk mengoptimalkan bola pertama dan kedua," jujur Krawietz.
Akhirnya strategi tersebut berhasil meredam agresifitas Barcelona sekaligus menyingkirkan tim tamu secara tragis.
"Itulah cara kami bermain dan kita semua tahu seberapa baik kita bisa menguasai bol dan memungkinkan bagi kita untuk mencetak gol, itulah idenya," bebernya.
Walaupun demikian, Krawietz mengungkapkan rencana taktik tersebut bisa saja gagal.
Jika ada kesalahan dan kurangnya konsentrasi dalam memainkan si kulit bundar.
Baca: ON THIS DAY - Messi Cetak Gol Indah, Barcelona Bungkam Pasukan Jurgen Klopp di Camp Nou
Baca: Divock Origi Beberkan Siasat Cerdik Liverpool Saat Tumbangkan Barcelona
Kekalahan melawan Atletico Madrid pada babak 16 besar musim ini jadi buktinya.
"Segala sesuatu yang lain bisa saja terjadi, anda bisa bermain fantastis tetapi untuk beberapa alasan anda tidak mencetak gol dan anda akan menderita kekalahan," lanjut sang assisten Liverpool tersebut.
"Kami memiliki pengalaman melawan Atletico Madrid pada musim ini, kami memainkan pertandingan yang luar biasa bagus di Anfield," kenangnya.
"Tetapi pada akhirnya anda bisa kalah dengan satu atau dua kesalahan saja," pungkas Kraiwietz.
Itulah bocoran strategi dari assisten pelatih Liverpool dibalik comeback fantastis melawan Barcelona pada tahun lalu.
(Tribunnews/Dwi Setiawan)