Kedatagan duo Jerman itu memberikan dampak yang signifikan pada permainan tim biru hitam.
Striker Inter saat itu, Aldo Serena merupakan penyerang yang hanya sanggup mengoleksi 40 gol dalam empat musim berseragam Nerazzurri.
Namun dengan kedatangan Matthaus sebagai gelandang box to box serta Brehme di sisi fullbek mampu membuat Serena melesakkan 22 gol.
Serena berhasil menyabet gelar Capocannoniere atau penyandang topskorer Liga italia.
Dampak instan yang diberikan duo Jerman dimusim 1988/1989 membuat Inter milan berhasil meraih gelar scudetto bersama pelatih mereka, Giovanni Trapattoni.
Moncernya lini depan tim biru hitam yang diisi oleh duet Ramon Diaz dan Aldo Serena tidak membuat Trapattoni enggan melirik juru gedor lainnya.
Hasilnya pada tahun 1989, Inter Milan memboyong Jurgen Klinsmann dari Stuttgart.
Klinsman dimusim yang sama saat Inter mengangkat Scudetto, ia berhasil membawa timnya ke partai puncak Piala UEFA.
Di tahun itu pula Jurgen Klinsmann dinobatkan sebagai pemain terbaik Jerman.
Klinsmann bukanlah sosok striker yang memiliki kekuatan fisik terbaik di dunia, ia seperti kapas yang tertiup angin.
Alih alih tidak memiliki keunggulan fisik, Klinsmann merupakan sosok striker yang lebih mengandalkan kecerdasannya.
Jurgen Klinsmann selama di Inter Milan mencatatkan 95 penampilan dan melesakkan 34 gol.
Gol perdananya bersama Nerazzurri ia lesakkan ketika melakoni pertandingan keduanya, saat bertandang ke markas Bologna.
Meskipun trio Jerman saat itu bermain dengan gemilang, namun faktanya Nerazzuri gagal mempertahankan gelar Scudetto di musim 1989/1990.